Teten Lepas Ekspor fosil kayu ke Jerman, Produsen Keluhkan Mahalnya Biaya Pengiriman

Redaksi


Teten Lepas Ekspor fosil kayu ke Jerman, Produsen Keluhkan Mahalnya Biaya Pengiriman

Pelepasan ekspor fosil kayu ke Hamburg Jerman oleh Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, beserta Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo.

BACASAJA.ID - Selain mengunjungi produksi cangkul "Merah Putih", Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki juga mengintip pembuatan perabotan rumah tangga berbahan fosil kayu, Jum'at (22/10/21).

Produksi perabot rumah tangga seperti wastafel berbahan fosil kayu ini UD. Karya Indonesia yang berada di Desa Waung Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.

Teten juga melakukan pelepasan ekspor perdana fosil kayu ke Hamburg Jerman di tahun 2021 ini.

Selepas melepas ekspor fosil kayu, Teten ungkapkan ekspor ini sebagai bukti UMKM Tulungagung tetap mampu berkarya meski berada di tengah pandemi.

"Bahwa UMKM bisa berinovasi dan senang melihat peluang ekspor," katanya.

Masih menurut Teten, fosil kayu dari Tulungagung merupakan produk yang tidak dipunyai oleh daerah lain.

Terpisah, pemilik UD Karya Indonesia, Nanang Setyawan menuturkan ekspor yang dilakukan tahun ini merupakan yang pertama.

Fosil pohon yang dikirim dalam bentuk kerajinan seberat 2,24 ton.

"Nilainya sekitar 400 juta," jelas Nanang.

Selain ke Hamburg, Jerman tahun ini ada pesanan lagi 6 kontainer. 1 kontainer ke Inggris, 2 ke Kanada dan sisanya ke Amerika.

Namun karena ada peningkatan biaya kirim yang mencapai hampir 10 kali lipat, pengiriman ini ditunda dulu, sampai harga pengiriman berangsur normal.

"Dari sekitar 3 ribu dollar Amerika menjadi sekitar 24 ribu dollar Amerika," katanya.

Menurutnya kenaikan ini disebabkan oleh kondisi pandemi atau lumpuhnya beberapa sektor ekonomi, sehingga sewa kontainer menjadi mahal dan langka.

Dengan kenaikan biaya pengiriman ini mempengaruhi harga jual barang diluar negeri.

Sebenarnya pihaknya menunggu biaya pengiriman normal kembali, namun khusus untuk ekspor kali ini tetap dilakukan, lantaran stok barang di toko Hamburg sudah kosong.

Sementara itu pemilik salah satu perusahaan pengapalan PT. Bintang Indonesia Gempita, Chandra Ari Irawan mengatakan kontainer kebanyakan masih berada di China.

Sehingga stok kontainer di Indonesia masih kurang.

"Karena di China masih belum 100 persen aktif," jelasnya.

Di sisi lain, kontainer yang dari Eropa dan Amerika menuju Asia masih timpang.

Saat berangkat ke Eropa dan Amerika, kontainer berisi barang, namun saat kembali ke Asia, kontainer tidak berisi muatan.

"Akhirnya ditagihkan biaya 2 kali lipat, pulang pergi," jelasnya.

Kondisi ini terjadi sejak awal Pandemi, membuat arus barang dari dan ke luar negeri menjadi tersendat.

Diperkirakan kondisi ini bakal normal kembali pada pertengahan tahun depan. Mengingat sejumlah negara sudah menjalankan vaksinasi dan memulai new normal (JP/t.ag/RG4)