Bahan Baku Naik, Omzet Pengusaha Restoran Justru Naik Saat Ramadhan

bacasaja.id
Ketua PHRI Tulungagung, Nur Wakhidun

BACASAJA.ID - Memasuki bulan Ramadhan, sejumlah komoditas mulai merangkak naik. Seperti daging dan beberapa jenis ikan.

Kenaikan yang cukup terasa adalah harga ikan gurami.

Ikan bertubuh lebar ini biasanya dibanderol dengan harga tertinggi 30 ribu perkilo. Normalnya harga gurami di kirsaran harga dibawah 30 ribuan.

Memasuki bulan Ramadhan, harganya mencapai 40 ribu rupiah per kilo dari petani. Di pasaran harganya mencapai 50 ribu perkilo.

Pengusaha restoran yang juga ketua PHRI (Paguyuban Hotel dan Restoran Indonesia) Kabupaten Tulungagung, Nur Wakhidun ungkapkan kenaikan ini sudah terjadi sejak awal Ramadhan.

Meski demikian dirinya tak menaikan harga jual masakan berbahan dasar gurami tersebut.
“Awal puasa harga mulai mahal dan barang sulit,” jelas Wakhidun, Rabu (20/4/22).

Jikapun ada, gurami yang diperolehnya berukuran kecil, sekitar 3-4 ons per ekor. Padahal untuk restoran biasanya ukuran 5-8 ons per ekor.

“Sekarang paling besar 4 ons,” katanya.

Menurut Wakhidun ikan gurami menjadi primadona ikan air tawar di tiap rumah makan.

Meski naik tinggi, pihaknya tak berani menaikan harga jual masakan berbahan gurami. Sebab dengan menaikan harga secara mendadak bisa berpengaruh dengan omzet secara keseluruhan.

Dirinya beralasan memasuki bulan Ramadhan pengusaha kuliner alami kenaikan omzet yang luar biasa. Minimnya untuk ikan gurami bisa ditutup dengan olahan lainya.

“Ini kan moment, yang pesan banyak,” katanya.

Untuk mengakali kondisi ini, dirinya memilih memborong ikan yang tersedia. Dirinya memprediksi semakin mendekati hari raya akan sedikit stok ikan, maka harga akan lebih mahal.

“Kita enggak mau spekulasi, dan gurami itu kebutuhan utama (rumah makan),” ujarnya.

Dirinya mengandalkan ikan lokal dari Tulungagung. Sebab rasa ikan dari Tulungagung berbeda dengan ikan dari luar kota.

“Untuk gurami dan patin yang nomor 1 tetap Tulungagung,” terangnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung, Lugu Tri Handoko jelaskan minimnya stok ikan gurami di Tulungagung.

Menurut Lugu, populasi ikan gurami dan patin di Tulungagung mulai berkurang sejak pandemi covid-19.
Warga memilih membudidayakan ikan hias dibanding ikan konsumsi.

“Sekarang itu pembudidaya masih awal, jadi (ikan konsumsi) masih kecil-kecil,” ujar Lugu.

Lugu terangkan sebanyak 60 persen pembudidaya ikan konsumsi yang beralih ke ikan hias.
Dengan semakin membaiknya pandemi membuat harga ikan hias mulai tertekan.

Dalam 3 bulan terakhir, mereka kembali beralih ke ikan konsumsi.
Kondisi ini membuat harga ikan gurami kembali terkerek naik.

“Di pembudidaya kondisi kering 34-35 ribu, kalau basah (hidup) 39-40 ribu perkilo,” terangnya.

Lugu perkirakan dalam 3 bulan kedepan harga gurami kembali normal (JP/t.ag/RG4)

Editor : Redaksi

Hukum
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru