BACASAJA.ID - Mungkin tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak bocah Kediri satu ini tentang nasib yang dialaminya, rupanya berbanding terbalik dengan teman-temannya sebayanya. Pada usia yang masih 11 tahun, dia tidak bisa hidup normal.
Adalah Fauzi nama bocah difabel asal Kediri itu. Untuk berpindah tempat, dia terpaksa menyeret alias ngesot dalam bahasa Jawa. Bahkan, untuk makan saja Fauzi mesti disuapi.
Baca juga: Baru 2 Hari Diputar di Bioskop, Rating Eva: Pendakian Terakhir Ungguli Film-film Hollywood
Kisah Fauzi terdengar semakin pilu saat fakta mengungkap bahwa kedua orangtua kandung meninggalkannya begitu saja saat mengetahui buah hati mereka lahir dalam keadaan cacat.
Kendati begitu, Tuhan mengirim seorang wanita berhati emas untuk menjaga Fauzi. Dia adalah Suparmi, nenek 62 tahun yang mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada Fauzi di tengah segala keterbatasan yang dia miliki.
Baca juga: Serang Kepala Kejakaan Negeri Kediri, Dua Pria ini Ditangkap Polisi dan Ditetapkan Tersangka
Tinggal di gubuk sederhananya di Dusun Gedang Sewu Barat RT 04/RW 14, Desa Gedangsewu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Mbah Parmi tetap ikhlas menjalani hari-hari sebagai pengasuh Fauzi. Padahal, dia sendiri acap kali kebingungan untuk membelikan susu dan popok karena tidak mempunyai cukup uang.
Mengetahui kondisi Mbah Parmi dan Fauzi itu, seorang pegiat sosial dan kesehatan Arif Witanto, tergerak untuk menyebarluaskan kisah mereka. Tujuannya, untuk enggugah seluruh elemen masyarakat serta pemerintah agar sekiranya bisa peduli dengan kondisi tetangga maupun warga mereka.
Baca juga: Keracunan Maut di Kediri, Balita Meregang Nyawa dan 3 Anggota Keluarga Kritis
"Peran serta warga dan masyarakat di sekitar sangat diperlukan untuk orang-orang dalam segala keterbatasannya masih bisa semangat dalam bertahan hidup. Jika pemerintah menutup mata terhadap orang-orang seperti ini, alangkah bijaknya jika dimulai dari diri kita sendiri yang peduli dengan nasib mereka ini," ajak Arif.
"Mereka akan sangat bersyukur dan sangat berbahagia jika mendapat uluran tangan dan bantuan sosial dari masyarakat itu sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?" pungkas Arif. (Prass)
Editor : Redaksi