JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terpukau dengan karya seni saat mengunjungi gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (13/6/2022). Megawati juga bicara soal relief Sarinah yang “disembunyikan”.
“Jadi tadi setelah ditunjukkan beberapa floor (lantai) yang menurut saya sangat bagus, sangat indah, karena di situ setiap floor bmempunyai makna-makna tersendiri,” kata Megawati usai meninjau karya seni bersama dua cucunya, Pita dan Prisha, putri Mohammad Rizky Pratama.
Presiden ke-5 RI itu pun tak mampu menyembunyikan rasa bangga dan terharu atas relief Sarinah yang menggambarkan masyarakat pedesaan di Gedung Sarinah.
“Terutama mengenai dipasangnya kembali seni relief yang ternyata setelah Bung Karno tidak jadi presiden lagi, relief itu sepertinya, dalam tanda kutip ‘disembunyikan’. Tapi akhirnya alhamdulillah dapat dikembalikan, yang menurut saya dari sisi seni, itu luar biasa sekali,” sebutnya.
Relief yang dimaksud berada di lantai dasar gedung Sarinah. Relief itu menggambarkan sejumlah orang mengenakan caping dan membawa barang dagangannya dengan cara dipikul.
“Relief Sarinah dirancang dan dibuat semasa konstruksi gedung Sarinah di awal tahun 60’an. Relief dibuat sebagai penggambaran kewirausahaan atau kemandirian pedagang eceran kecil dan asongan (ritel) masa itu. Belum diketahui secara pasti siapa pembuat relief ini. Penempatan relief tetap berada di lokasi yang sama sejak awal dibuat hingga saat ini,” demikian tulisan di dekat relief tersebut.
Menurut Megawati, relief itu menggambarkan masyarakat pedesaan Indonesia pada tahun 1962 ketika Sarinah pertama kali diresmikan. Dia mengaku tidak ingat siapa yang membuat relief tersebut, namun sepengetahuan-nya relief itu dibuat oleh beberapa orang.
Ketika ditanya apakah relief itu bercerita mengenai masyarakat Indonesia, khususnya kaum Marhaen, Megawati mengakuinya. Dia menyebut banyak orang yang salah berkonotasi ketika ada kata “marhaen”.
Sebenarnya, beber Megawati, Marhaen adalah nama seorang petani yang ditemukan Bung Karno di Jawa Barat. Menurutnya, anak-anak muda Indonesia saat ini bisa mencari tahu tempat tinggal Marhaen dulu.
Marhaen adalah simbol petani Indonesia yang sangat tradisional. Bung Karno melihat Marhaen sebagai orang Indonesia yang sebenarnya memiliki pacul sebagai alat produksi, namun tak kunjung sejahtera.
“Keinginan beliau (Bung Karno, red) adalah semua rakyat Indonesia itu harus menjadi sebuah negara yang gemah ripah loh jinawi (sejahtera, red). Begitu,” tuturnya. (PDI)
Editor : Redaksi