BACASAJA.ID -Semakin mempercantik jalanan di Kota Surabaya, bunga Tabebuya khususnya yang berwarna kuning, bermekaran lagi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin menjelaskan, Bunga Tabebuya itu biasanya mekar pada saat cuaca panas. Sehingga, sejak sebelum lebaran hingga saat ini, bunga itu sudah mulai bermekaran.
Baca juga: Identitas Visual "Surabaya City of Heroes" Resmi Dapat Pelindungan Hak Cipta
Apabila terkena angin, bunga itu akan rontok dan yang lain akan mekar lagi. “Uniknya, yang mekar kali ini rata-rata Bunga Tabebuya yang berwarna kuning, padahal spesiesnya ada putih dan pink juga,” kata Anna, Minggu (16/5/2021).
Bunga Tabebuya yang saat ini juga menjadi salah satu ikon Surabaya itu sudah menyebar di berbagai titik di seluruh Kota Surabaya, terutama di pinggir jalan protokol.
“Hampir semua jalanan Surabaya sudah ditanami Bunga Tabebuya, karena setiap rayon di DKRTH melakukan penanaman Tabebuya. Jadi jumlahnya sudah sangat banyak se-Surabaya,” ungkapnya.
Baca juga: Surabaya Masuk 50 Besar Finalis Bloomberg Philanthropies Mayors Challenge Keenam
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah menanam Tabebuya di pinggir-pinggir jalan itu sudah sejak beberapa tahun lalu. Tiap tahun jumlahnya terus diperbanyak.
Pada tahun 2020, total Tabebuya yang keluar atau yang ditanam lebih dari seribu batang. Kemudian tahun 2021 hingga bulan ini, jumlah Tabebuya yang keluar atau yang ditanam sudah lebih dari 500 batang.
“Kalau untuk spesiesnya memang ada tiga, yaitu kuning, pink dan putih. Untuk perawatan, gak ada kesulitan. Empat bulan sekali kita kasih pupuk,” jelasnya.
Baca juga: Harumkan Nama Indonesia, Siswa SMP Surabaya Juara Olimpiade Matematika Dunia di Dubai
Anna mengaku hanya melakukan penyiraman dan memberikan pupuk secara reguler. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah.
“Dari kegiatan perantingan pohon, kita manfaatkan untuk kompos. Untuk tanaman-tanaman yang ada di taman, kita sudah kurangi penggunaan pupuk kimia, beralih ke organik,” pungkas Anna. (byta)
Editor : Redaksi