Hari Media Sosial, Pakar Unair Soroti Etika Publik dalam Bermedia

author bacasaja.id

- Pewarta

Senin, 10 Jun 2024 20:54 WIB

Hari Media Sosial, Pakar Unair Soroti Etika Publik dalam Bermedia

i

Pakar Universitas Airlangga, Dr Listiyono Santoso MHum

SURABAYA - Setiap tanggal 10 Juni, publik Indonesia merayakan Hari Media Sosial. Perayaan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2015. Hari Media Sosial, lahir dari dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi bermedia sosial kepada masyarakat.

Mengenai peringatan Hari Media Sosial tersebut, Pakar Universitas Airlangga, Dr Listiyono Santoso MHum memberikan pandangannya. Listiyono, sapaan akrabnya, memberikan pandangan mengenai etika bermedia sosial publik Indonesia. Menurutnya, etika bermedia sosial publik Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Baca Juga: Kronologi Mahasiswi Lompat dari Lantai 22 Kampus Universitas Ciputra Surabaya

“Menurut saya perlu mendapatkan perhatian. Masyarakat belum bisa membedakan sesuatu antara urusan privat dan publik,” jelasnya pada Senin (10/6/2024).

Dosen Etika FIB Unair itu juga mengatakan bahwa media sosial itu sifatnya publik. Oleh karena itu, tandasnya, harus memperhatikan ketentuan etis yang sifatnya publik. “Kalau sesuatu persoalan privat jangan masuk atau terunggah dalam media sosial. Ini yang sering terjadi di masyarakat kita, memasukkan ranah privat ke ranah publik,” paparnya.

Tidak hanya itu, Listiyono mencontohkan cara bermedia sosial yang salah dan kerap terjadi di publik Indonesia. Misalnya, konflik keluarga dan konflik antar individu yang kerap masuk atau terunggah dalam media sosial. Melihat fenomena itu, ia menegaskan bahwa masyarakat butuh edukasi literasi dan cara berpartisipasi di media sosial.

Baca Juga: Mahasiswi Bundir Lompat dari Lantai 22 Gedung Kampus UC Surabaya, Begini Fakta

“Ini yang seringkali muncul di masyarakat kita dan butuh literasi media sosial biar tahu mana urusan dalam ranah privat dan mana urusan dalam ranah publik,” tuturnya.

Mengenai fenomena buzzer atau pendengung, Wakil Dekan I FIB UNAIR itu mengatakan bahwa fenomena tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Buzzer, lanjutnya, sengaja hadir untuk menciptakan framing kondisi tertentu untuk menyudutkan kelompok tertentu.

Baca Juga: Bunda PAUD Berdedikasi Lebih dari 10 Tahun di Surabaya, Eri Cahyadi: Garda Terdepan Cerdaskan Anak

“Masyarakat kalau memiliki literasi bermedia sosial yang baik, maka akan bisa membedakan mana yang sesuai realitas dan mana yang sengaja tercipta dengan tujuan tertentu,” jelasnya.

Pada akhir, ia berpesan kepada publik agar bermedia sosial dengan bijak. Listiyono juga mengajak publik agar menggunakan media sosial menjadi ruang publik yang memberikan informasi yang edukatif. “Mari kita gunakan media sosial yang arif dan bijaksana,” pungkasnya.(Kominfo Jatim)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU