Disulap jadi Silicon Valley, Proyek Bukit Algoritma Jadi Pembicaraan

author bacasaja.id

- Pewarta

Kamis, 15 Apr 2021 15:39 WIB

Disulap jadi Silicon Valley, Proyek Bukit Algoritma Jadi Pembicaraan

i

Apple Park yang berada di kawasan Silicon Valley.

BACASAJA.ID- Bukit Algoritma tengah menjadi pembicaraan hangat di masyarakat Indonesia. Pasalnya, bukit yang berada di atas lahan 880 hektare di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini bakal disulap mirip Silicon Valley. Yakni, menjadi pusat teknologi dan riset tanah air. Nilai investasinya pun fantastansis, Rp18 triliun!

Namun Institute of Development of Economics and Finance (INDEF) meminta agar proyek ini dikaji lebih jauh. Sebab, mega proyek tersebut berpotensi mangkrak. Ini diungkapkan dalam diskusi online bertema Menyingkap Angan Silicon Valley ala Indonesia, Kamis (15/4/2021).

“Memang kita patut untuk menelaah lebih lanjut tentang rencana dari pemerintah, saya tidak tahu juga ini bisa dibilang pemerintah atau tidak, karena beberapa wawancara, pionir menyebutkan bukan dari pemerintah. Namun yang digandeng juga ternyata BUMN. Mejadi aneh juga ketika dibilang ini full swasta, namun malah yang digandeng BUMN yang notabene itu bagian dari pemerintah,” papar Kepala Center of Innovation and Digital Economy di INDEF, Nailul Huda.

Huda menekankan bahwa Silicon Valley ala Indonesia merupakan kehaluan atau angan-angan semata yang sulit untuk direngkuh. Ada beberapa faktor yang melandasi ucapan Huda. “Kenapa saya sebut kehaluan, karena ada beberapa catatan yang saya temukan itu tidak bisa menunjang sebuah pembangunan Silicon Valley yang inklusif. Itu malah bisa jadi eksklusif dan bisa menjadi serangan balik bagi perekonomian nasional dan sosial,” tandas Huda dikutip dari uzon.id

Pertama, Huda menilai ekosistem Research and Development (R&D) di Indonesia masih sangat rendah. Ia menyatakan, “Proporsi dana R&D terhadap (Produk Domestik Bruto) PDB masih rendah. Kemudian produk high-tech Indonesia sangat sedikit, dan kebijakan insentif fiskal tidak optimal.”

Kedua, sumber daya manusia di tanah air dipandang masih belum mencukupi untuk masuk ke dalam industry 4.0. Ketiga, ketimpangan digital masih tinggi dalam hal skill dan penggunaan produk digital.

“Kalau kita lihat di ekosistem di R&D yang akan dibuat di Sillicon Valey-nya Indonesia, di Sukabumi, itu ternyata tidak mengedepankan BUMN dia yang bergerak di bidang ICT (Information and Communication Technologies), malah dia bergeraknya di bidang konstruksi. Ini letak permasalahannya,” tutur Huda.

Kemudian, ia membandingkan dengan Silicon Valley yang ada di Amerika Serikat. Yang dibangun pertama kali di sana bukan tempatnya, melainkan industrinya. “Di mana industri yang dibangun itu merupakan industri-industri yang high-tech, yang dia bersinggungan langsung dengan pemerintah. Di Indonesia kebalikannya, yang dibangun malah fisiknya dulu, bukan teknologinya dulu,” imbuh Huda.

Terkait ketimpangan digital, ia menilai masih banyak desa di luar Pulau Jawa mengalami sinyal susah, bahkan tidak ada sinyal sama sekali. “Terutama pada pulau di Maluku dan Papua, ada 70 persen lebih desa yang belum mendapatkan sinyal seluler yang lemah,” tuturnya.

Karena itu, Huda menyimpulkan bahwa Bukit Algoritma hanya program pembangunan secara fisik, dan tidak mengangkat konteks inovasi. “Bukit Algoritma potensial mangkrak atau menjadi proyek bandara komersial yang hanya menjadi bengkel pesawat yang terjadi di Bandara Kertajati, Kuningan,” ujarnya.

Untuk diketahui, Bukit Algoritma akan jadi kawasan pengembangan riset dan sumber daya manusia yang berbasis industri 4.0. Diharapkan kawasan ini bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri secara berkelanjutan.

Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko, yang juga menjabat Komisaris Independen di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, merupakan pendiri Gerakan Inovator 4.0.  Dia mengatakan bahwa rencana proyek senilai 1 miliar euro atau sekitar hampir Rp18 triliun berasal dari investor domestik maupun luar negeri. Jadi, tidak menggunakan dana dari APBN.

Sebagai pengembang kawasan 'Silicon Valley' Sukabumi ini ditunjuk perusahaan PT Kiniku Bintang Raya yang menggandeng PT Amarta Karya (Persero) sebagai kontraktor.

Budiman mengatakan, pihaknya punya konsep soal Bukit Algoritman ini  dan kemudian ditawarkan kepada investor. "Kemudian banyak investor dalam dan luar negeri tertarik. Kemudian dipercayakan kepada kami, kami kemudian cari kontraktor," kata Budiman.

Amarta Karya nantinya membangun jalan, gedung fasilitas riset sebagai tempat untuk para tenant yang akan menggunakan fasilitas di sana. Meskipun nama investor belum disebutkan Budiman, namun menurutnya sudah ada beberapa investor dari Eropa dan Amerika Serikat ikut andil.

Bukit algoritma sendiri akan dikembangkan menjadi 'Silicon Valley' di Indonesia, yaitu kawasan pengembangan riset dan sumber daya manusia yang berbasis industri 4.0. Harapannya, kawasan ini juga bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri secara berkelanjutan.

Bukit Algoritma diharapkan menyandaang status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sehingga dapat memperoleh insentif perpajakan dari pemerintah. Menurut mantan anggota DPR RI itu, salah satu investor sudah bertemu dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. (int/bsi)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU