Pembelajaran Daring Berpotensi Membuat Anak Kecanduan Gadget

author bacasaja.id

- Pewarta

Rabu, 06 Apr 2022 11:00 WIB

Pembelajaran Daring Berpotensi Membuat Anak Kecanduan Gadget

i

Psikolog Ifada Nur Rohmaniah/

BACASAJA.ID - Di masa pandemi covid-19, hampir seluruh kegiatan dilakukan secara daring. Mulai dari rapat, seminar hingga kegiatan belajar dan mengajar.

Pembelajaran daring selama pandemi, jumlah anak yang kecanduan gawai (gadget) meningkat.

Psikolog Ifada Nur Rohmaniah menjelaskan, dalam sebulan selama pandemi setidaknya ada 2-3 anak yang melakukan konseling dengannya.

“Saat mulai pandemi kemarin jumlahnya meningkat. Karena selama pandemi anak-anak kita kan pembelajarannya juga lewat gawai,” terang Ifada, Selasa (5/4/22).

Mereka biasanya game online, tiktok, YouTube hingga video porno. Ifada melanjutkan, kecanduan ini biasanya pada anak yang kedua orangtuanya sibuk bekerja, atau mempunyai hubungan yang buruk dengan anak.

Komunikasi dengan anak hanya menjadi rutinitas formalitas. Gawai menjadi pelarian anak untuk mengisi kekosongan perhatian dari orangtuanya.

“Kekosongan figur orang tua ini diisi apa? Akhirnya larinya ke gawai,” sambung Ifada.

Pola pada otak anak akan terbentuk jika mereka terbiasa menggunakan gawai selama 28 hari.

Jika sudah kecanduan, maka anak akan impulsif, atau melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.

“Jadi kondisi kecanduan gawai ini tidak muncul tiba-tiba. Tapi sudah ada proses panjang sebelumnya,” tegas Ifada.

Anak kecanduan gadget yang didampinginya mulai jenjang TK hingga mahasiswa. Kecanduan paling ringan anak kecanduan melihat tiktok, YouTube dan bermain game hingga lupa waktu.

Yang lebih mengkhawatirkan, anak leluasa mengakses video porno, dan aktif secara seksual.

Video porno yang kerap dilihatnya bisa membentuk orientasi seksual anak.

“Karena sejak kecil ternyata dia biasa melihat film porno hubungan sejenis. Akhirnya sensasi orientasi seksualnya juga mengarah ke sana,” ungkap Ifada.

Untuk mengatasi kecanduan pada anak-anak ini tak cukup dengan konseling, namun juga melibatkan farmakologi atau dirujuk ke psikiater.

Kecanduan sebabkan gangguan mental (mental ilnes) berupa kecemasan berlebih, ketakuan atau kemarahan yang tak tersampaikan.

Kemarahan ini lalu disalurkan melalui game yang vulgar menampilkan sadisme. Jika diteruskan maka anak bisa menjadi psikopat.

“Misalnya ada makanan jatuh, bukannya diambil tapi diinjak. Ini sudah tidak wajar,” katanya.

Peran orangtua diperlukan untuk mencegah anak kecanduan gawai. Orangtua harus memiliki ikatan emosional dan interaksi intens dengan anak.

Langkah lainya dengan membatasi anak bermain gawai. Hal itu bisa dilakukan dengan pengalihan, seperti bermain bersama atau dengan memelihara binatang peliharaan.

“Bisa dialihkan misalnya dengan bermain dengan hewan kesayangan. Atau bermain di luar bersama anak,” pungkas Ifada. (JP/t.ag/RG4)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU