BACASAJA.ID - Jumlah kematian ibu dan bayi selama tahun 2020 di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengalami peningkatan dibanding tahun 2019.
Peningkatan ini diakibatkan beberapa sebab, seperti faktor bawaan atau faktor lainnya. Sebagai pembanding tahun 2019 ada 11 ibu meninggal saat melahirkan, dan 126 bayi meninggal.
Baca juga: Pemkab Tulungagung Tandatangani NPHD Untuk KPU dan Bawaslu
Pada tahun 2020 jumlah kematian ibu sebanyak 15 orang. 5 orang diakibatkan oleh pre/eklamsia, 3 orang akibat hypertensi dan sisanya akibat sebab lain seperti pendarahan atau gangguan kelahiran.
Sedang jumlah bayi meninggal tahun 2020 mencapai 146. Bayi meninggal disebabkan oleh Aspeksia (sesak nafas) sebanyak 40 bayi, BBLR (berat badan lahir kurang) sebanyak 35 bayi, kelain bawaan 27 bayi, sisanya oleh sebab lain.
Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Sri Lestari Ningsih mengatakan salah satu penyebab kematian ibu melahirkan adalah hypertensi (tekanan darah tinggi).
“Saat kontrol baik saja, tapi saat melahirkan mengalami pendarahan,” kata Sri Lestari, Jum'at (5/3/21).
Baca juga: Lelang Perdana Kendaraan Pemkab Tulungagung, Ambulans Sepi Peminat RX King Paling Diminati
Sedang untuk bayi meninggal yang didominasi oleh Aspeksia dipengaruhi oleh faktor bawaan lahir. Untuk meminimalisir kejadian kematian ibu dan bayi, pihaknya meminta pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.
“Minimal 4 kali selama masa kehamilan,” katanya.
Pemeriksaan pertama dilakukan saat trisemester (tiga bulan) pertama, pemeriksaan kedua pada trisemester kedua dan 2 lainnya pada trisemester ketiga. Atau jika memungkinkan pemeriksaan dilakukan tiap bulan.
Baca juga: Pemkab Tulungagung Mulai Lelang Kendaraan Bermotornya
“Ini terus kita sosialisasikan, mulai kebawah di Puslesmas terus kita sosialisasikan,” katanya.
Sasaran sosialisasi itu adalah ibu hamil dan ibu balita, tentang kehamilan dan asupan nutrisi saat hamil dan menyusui. “Untuk bayi lebih baik diberikan ASI eksklusif,” paparnya. (Noyo)
Editor : Redaksi