Kadinkes Tulungagung: Tempat Tidur Pasien di Rumah Sakit Terancam Penuh dalam Lima Hari ke Depan

bacasaja.id
Rusunawa MBR Jepun digunakan untuk karantina pasien Covid-19.

BACASAJA.ID- Angka BOR (Bed Occupacy Rate) atau ketergunaan tempat tidur pasien di Tulungagung terus naik secara signifikan.

Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tak mungkin dalam beberapa hari kedepan BOR mencapai 100 persen.

Baca juga: Hati-hati, Belum Divaksin Lebih Beresiko Terpapar Covid-19

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Kasil Rokhmat mengatakan saat ini prosentase BOR sudah mencapai 74,43 persen, atau digunakan 524 dari 704 tempat tidur.

“Kita tidak ingin BOR sampai ke 80 persen,” kata Kasil, Selasa (13/7/21).

Saat ini jumlah BOR sekitar 180 tempat tidur. Setiap hari ada sekitar 60 pasien baru, dengan pasien sembuh sebanyak 20 pasien.

Diperkirakan dalam 5 hari kedepan BOR bisa mencapai 100 persen jika kondisi ini terjadi dalam 5 hari kedepan.

Lalu langkah apa yang akan diambil oleh Pemkab?

Kasil mengatakan pihaknya bakal memanfaatkan puskesmas yang mempunyai rawat inap untuk dijadikan ruang isolasi covid-19, dibanding membuat rumah sakit lapangan.

Sebelumnya sudah ada 10 puskesmas yang dijadikan RSDC (Rumah Sakit Darurat Covid-19), jumlah ini bakal ditambah dengan 8 puskesmas lagi. Sehingga total akan ada 18 puskesmas dan 1 Rusunawa yang dijadikan RSDC.

“Dari puskesmas yang rawat inap yang lain kita siapkan,” jawab Kasil.

Delapan puskesmas itu diberi waktu satu Minggu untuk mempersiapkannya. Diperkirakan mulai Senin (19/7/21) sudah siap digunakan.

Baca juga: Banyak Kasus Covid-19 Di Sekolah, Dinkes Lakukan Tes Usap Masal

Puskesmas itu antara lain Puskesmas Rejotangan, Banjarejo, Puser, Tanggung gunung, Besuki, Bandung Karangrejo dan Ngantru.

Dirinya tak menampik dengan pemanfaatan ini bakal berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan masyarakat non covid-19.

Meski demikian Kasil mengatakan menyediakan tambahan tempat tidur bukanlah solusi, jika masyarakat masih acuh dengan aturan selama PPKM darurat.

Menurutnya, lonjakan bisa diatasi dengan kesadaran masyarakat untuk mengurangi mobilitas. Padahal, Pemkab Tulungagung melalui Dishub sudah melakukan upaya untuk mengurangi mobilitas warga, salah satunya dengan mematikan penerangan jalan umum pada malam hari.

Langkah ini berhasil mengurangi mobilitas sebanyak 15 persen.

“Tadi laporan dari Dinas Perhubungan sudah berkurang 15 persen, tapi itu masih kurang,” jelasnya.

Baca juga: 3 Pegawai Positif Covid-19, Lapas Tulungagung Lockdown

Kata Kasil, angka itu dianggap belum efektif menekan penularan covid-19 di Tulungagung. Buktinya penularan covid-19 di Tulungagung masih cukup tinggi.

Dari data Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung, dalam 3 hari terakhir kasus Covid-19 cukup tinggi.

Pada Sabtu (10/7/21) ada 55 kasus baru, lalu melonjak 69 kasus pada Minggu, dan Senin kemarin ada tambahan 62 kasus baru.

Jumlah kasus terkonfirmasi positif per 12 Juli 2021 tercatat kasus kumulatif sebanyak 3951.

Dari jumlah itu 3437 dinyatakan sembuh, 74 meninggal dan 440 menjalani perawatan dan karantina. (tag/JP/rg4).

Editor : Redaksi

Hukum
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru