BACASAJA.ID - Anggota DPR dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon menyinggung isu pengganti Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Merujuk UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Andika harus pensiun pada Desember mendatang.
Baca Juga: Megawati Ulang Tahun ke-78, Deni Wicaksono : Beliau Konsisten Berjuang untuk Demokrasi
Effendi mengaku sudah mendengar kabar pengganti Andika nantinya adalah sosok yang memotong generasi. Ia meminta Andika mempersiapkan dengan baik siapa pun calon-calonnya.
"Apakah Pak Yudo, apakah Pak Fajar atau siapa, dengar-dengar katanya ini potong generasi katanya. Jadi langsung ke [angkatan] 94 semua. Jangan [sampai] ada yang marah. Dipersiapkan yang akan [menggantikan], kelahiran 68 ke atas," kata Effendi dalam rapat kerja di Komisi I DPR, Senin (5/9).
"Ya wajar dipersiapkan untuk melintasi persiapan sampai lewat masa pemilu karena ada dua pemilu besar, pilpres, pileg, dan pilkada. Wajar. Nah kami ikut di dalam pengambil kebijakan di bawah Bapak," kata dia.
Anggota Komisi I itu menyinggung pengganti Andika karena khawatir nantinya sosok Panglima TNI terpilih tak dapat mewujudkan sinergi yang baik. Ia menyebut saat ini ada hubungan yang kurang harmonis antara Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Ia menilai hal ini salah satunya ditunjukkan dengan absennya Dudung dalam sejumlah rapat di DPR termasuk rapat hari ini.
Baca Juga: Pengamat Politik: PDI Perjuangan Tetap Jadi Partai Besar di 2029
"Ini semua menjadi rahasia umum, Pak, rahasia umum Jenderal Andika. Di mana ada Jenderal Andika, tidak ada KSAD. Jenderal Andika membuat Super Garuda Shield, tidak ada KSAD di situ," kata Effendi.
"Ego Bapak berdua itu merusak tatanan hubungan junior dan senior, Pak. Dengan segala hormat saya, Pak, saya dekat dengan Pak Andika, saya dekat dengan Pak Dudung," tambah dia.
Ia juga sempat menyinggung anak Dudung tak lolos Akmil menjadi salah satu alasan kerenggangan keduanya. Effendi meminta klarifikasi dari keduanya dalam rapat terkait isu aktual mendatang.
"Sampai urusan anak KSAD gagal masuk Akmil pun menjadi isu. Emangnya kalau KSAD kenapa? Emang harus masuk? Emang kalau anak Presiden harus masuk? Siapa bilang itu, ketentuan apa? Ini kita harus tegas Pak. Saya lebih tua dari bapak-bapak semua, saya berhak bicara di sini," ungkapnya.
Baca Juga: Ibu Megawati Ucapkan Terima Kasih untuk Presiden Prabowo, Pimpinan MPR dan Seluruh Rakyat
"Masa setiap ada panglima dari panglima ke KSAD begitu terus, dari zaman Pak Moeldoko ini. Pak Moeldoko ke Pak Gatot begini, Pak Gatot ke Pak Hadi begini, Pak Hadi ke Pak Andika begini, Pak Andika ke Pak Dudung begini, sampai kapan? Kenapa kalian yang ego begitu," ujarnya. (KUM)
Editor : Redaksi