JAKARTA - Meningkatnya ancaman perang dengan Rusia membuat beberapa negara di Eropa melakukan wajib militer. Hal ini dilakukan untuk memperluas layanan wajib militer untuk memperkuat pertahanan dari ancaman PD III.
"Kami mulai menyadari kita mungkin harus menyesuaikan dengan mobilisasi perang dan memproduksi peralatan militer. Selain itu juga merekrut dan melatih personel," kata Robert Hamilton, kepala peneliti Eurasia di Foreign Policy Research Institute, seperti yang dikutip dari CNN.
Perang dunia ketiga diprediksi akan terjadi di Eropa. Risiko ini muncul setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin terlibat dalam konflik di Ukraina.
Jenderal Wesley Clark, mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO di Eropa, mengatakan Putin mengejar tujuannya untuk menciptakan kembali kekaisaran Soviet. Dan, ini adalah peringatan yang sangat mendesak kepada NATO.
"Kami harus membangun kembali pertahanan. Salah satunya adalah dengan wajib militer,” ujarnya.
Sejumlah negara di kawasan Eropa melakukan kembali wajib militer, seperti Skandinavia dan Baltik dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan karena ancaman dari Rusia.
Latvia kembali melakukan wajib militer pada 1 Januari tahun ini. Warga pria akan dipanggil saat berusia 18 tahun untuk melakukan wajib militer selama 12 bulan.
Pada April, Norwegia memperkenalkan rencana jangka panjang menggandakan anggaran pertahanannya. Mereka menambah lebih dari 20.000 tentara wajib militer, pegawai, dan cadangan ke angkatan bersenjatanya.
Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius telah mengajukan proposal pada bulan Juni lalu untuk layanan militer sukarela yang baru. Ia berkata bahwa sudah seharusnya mempersiapkan perang pada tahun 2029 nanti.
Lithuania memberlakukan wajib militer sejak 2015. Setiap tahun akan ada 3.55 hingga 4.000 warga berusia 18 hingga 26 tahun yang direkrut untuk melakukan wajib militer selama sembilan bulan.
Sean Monaghan, peneliti tamu di Program EropaRusia, dan Eurasia di Center for Strategic and International Studies, mengatakan NATO berusaha memenuhi targetnya memiliki 300 ribu personel siap aktif. Dibutuhkan setengah juta orang lagi yang tersedia dalam waktu enam bulan.
"Walaupun NATO menyatakan mereka sudah memenuhi tujuan itu, Uni Eropa mengatakan anggotanya akan kesulitan. NATO mengandalkan pasukan Amerika Serikat untuk mencapai targetnya," ujarnya. (RRI.co.id)
Editor : Redaksi