BACASJA.ID - Meninggalnya Bejo (78) warga desa Sidem kecamatan Gondang pada Kamis (10/06/21) kemarin menyita perhatian masyarakat.
Pasalnya, Bejo meninggal setelah mengkonsumsi umbi gadung. Padahal umbi gadung merupakan salah satu produk unggulan dari Tulungagung.
Baca Juga: Keracunan Maut di Kediri, Balita Meregang Nyawa dan 3 Anggota Keluarga Kritis
Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan umbi jenis ini sangat mematikan?.
Inspektur Pangan Kabupaten Tulungagung, Masduki mengatakan, umbi gadung mengandung sejumlah senyawa aktif. Salah satu senyawa yang dikandung merupakan zat berbahaya yang tidak aman untuk dikonsumsi.
Senyawa itu adalah sianida.
"Karena kandungan sianida di dalam umbi, itu cukup tinggi," jelasnya.
Padahal jika diolah dengan cara yang benar, gadung bercitra rasa gurih. Biasanya gadung diolah untuk dijadikan keripik. Namun jika umbi gadung langsung dimasak usai dikupas, maka kandungan sianidanya masih sangat tinggi.
"Kalau baru dipetik terus langsung dikupas dan dimasak,itu jelas sianidanya masih sangat tinggi,"ucapnya.
Sebenarnya masyarakat Tulungagung sudah terbiasa mengolah gadung menjadi camilan. Ada beberapa langkah untuk menetralkan racun yang dikandung umbi gadung.
Gadung yang telah dikupas terlebih dahulu diiris tipis, lalu melapisinya dengan abu selama 2 hari dan dijemur.
Setelah itu gadung dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Proses pelapisan dengan abu bisa diulang jika kurang yakin.
Baca Juga: Keracunan Masal Siswa SMKN 1 Rejotangan Tulungagung, Polisi Ambil Sampel Makanan
Setelah dicuci, gadung lalu dikukus hingga matang dan dijemur hingga kering.
"Ini kan ilmu turun temurun, saya rasa masyarakat yang biasa mengolah sudah tau caranya," terang Masduki.
Masduki menyebut, kandungan sianida di dalam umbi gadung sangat tinggi dan akan sangat beracun ketika sudah bereaksi dengan enzim yang ada di tenggorokan.
"Kalau ada yang sampai keracunan ya segera ke dokter atau fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan," pungkasnya.
Jika dioleh dengan benar, kandungan dalam umbi gadung mengandung karbohidrat cukup tinggi per 100 gram gadung kandungan kabohidrat hampir 25 gr, juga mengandung kompenen protein, dioscorin, diosgenin dan dioscin.
Baca Juga: Puluhan Siswa SMKN 1 Rejotangan Keracunan setelah Santap Mie dan Telur
Yang menjadi masalah adalah kandungan HCN/asam biru atau lebih di kenal dengan sianida. Selain pengolahan, masyarakat bisa mengenali ciri umbi yang bisa dimakan seperti gembolo.
Sepintas, gembolo dan gadung nampak mirip. Jika tak terbiasa, maka akan sulit membedakan kedua jenis umbi tersebut.
Umbi gadung biasanya lebih kecil dengan rambut (akar) yang lebih banyak. Sedang gembolo berukuran lebih besar dengan rambut lebih sedikit.
Perbedaan lainya terletak pada pohon kedua umbi ini. Pohon gadung batangnya berdiameter sekitar 1 cm dengan duri-duri kecil.
Sedang umbi gembolo batangnya lebih kecil, seukuran batang lidi dengan duri yang lebih besar. Biasanya kedua tanaman ini tumbuh berdampingan. (Noyo/JP).
Editor : Redaksi