Dilewati Dua Sesar Aktif, Jatim Potensi Gempa Bumi Seperti Sulbar

author bacasaja.id

- Pewarta

Selasa, 19 Jan 2021 14:59 WIB

Dilewati Dua Sesar Aktif, Jatim Potensi Gempa Bumi Seperti Sulbar

i

Peniliti Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Sepuluh Nopember (ITS), Amien Widodo

BACASAJA.ID - Wilayah Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) diguncang gempa berkekuatan 5,9 magnitudo pada Kamis (14/1/2021) lalu. Sebanyak 70 orang dilaporkan meninggal dalam bencana itu. Dari peristiwa tersebut tentunya bisa dijadikan pembelajaran bersama. Sebab, daerah di Jawa Timur juga berpotensi gempa.

Peniliti Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengatakan, gempa bumi sebetulnya berpotensi terjadi di Jawa Timur. Menurutnya, berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional 2017, beberapa daerah di Jatim juga dilewati sesar aktif. Yakni sesar Wonorejo, Kabupaten Banyuwangi, sesar Probolinggo dan sesar Pasuruan.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Gelar Simulasi Bencana, Fokus pada Gempa dan Kebakaran

“Kota Surabaya bahkan dilewati oleh dua sesar yang berbeda, yaitu sesar Surabaya dan sesar Waru,” ujarnya, Selasa (19/1/2021).

Ia menjelaskan, keberadaan sesar Waru memanjang dari Gresik, melewati Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Saradan. Sesar-sesar ini masih aktif dan mengalami pergerakan setiap tahunnya rata-rata sejauh 0,05 milimeter.

Baca Juga: Waspada Gempa Megathrust di Pesisir Selatan Jatim, Ini yang DIlakukan BPBD

Untuk itu, Amien mengajak untuk mewaspadai adanya sesar-sesar aktif dengan meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi. Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya diminta menyiapkan langkah antisipasi seperti asesmen ancaman gempa, kerentanan tanah dan bangunan.

“Bila kawasan tersebut mempunyai kondisi tanah yang buruk dan bangunan yang kurang kokoh, maka bisa dikategorikan kawasan berisiko tinggi,” kata dia.

Baca Juga: Kembali Kunjungi Cianjur, Presiden Akan Serahkan Bantuan Stimulan Rumah Korban Gempa

Sementara itu, berdasarkan peta zonasi kawasan dengan tingkat risiko yang rendah hingga tinggi ini, dapat dibuat dan dijadikan acuan mitigasi. Setiap kawasan akan sangat mungkin memiliki arahan mitigasi yang berbeda, sesuai dengan levelisasinya. Baik itu arahan mitigasi struktural maupun nonstruktural. Amien menambahkan, bencana alam tidak akan menimbulkan korban jiwa jika terjadi di kawasan tak berpenduduk.

Menurutnya, bencana alam bisa diminimalisir bahkan dihindari korban jiwa dan kerugiannya. “Maka, mari kenali bencana. Kita kenal dengan bencana, kita selamat,” tuturnya. (Arry)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU