BACASAJA.ID – Jalanan berlubang menjadi salah satu masalah. Meski selalu dilakukan perbaikan, jalan tersebut kembali berlubang saat musim hujan kembali datang. Apakah ini karena material jalan yang jelek atau apa?
Sekretaris Dinas PU Bina Marga Jatim Ir. Heru Susanto, M.MT mengatakan lokasi-lokasi yang kerap mengalami lubang yakni seperti tikungan tajam, rawan macet dan rawan banjir menyumbang kerusakan jalan paling besar.
Baca Juga: Deni Wicaksono: Pemprov Harus Kawal Sengketa 13 Pulau Antara Trenggalek dan Tulungagung
Menurutnya, terdapat 5 faktor utama penyebab kerusakan jalan, antara lain sering dilalui kendaraan dengan muatan berlebih (overweight), kondisi tanah dasar yang tidak stabil (tanah gerak), kualitas jalan yang kurang baik, perawatan jalan yang kurang, dan tidak adanya saluran samping (air menggenang).
Heru mengatakan tanpa adanya upaya pemeliharaan, jalan akan mengalami penurunan kondisi, terlebih pada jalan yang umur rencananya sudah terlewati, sehingga apabila dibiarkan terus menerus jalan yang setiap hari menerima beban kendaraan akan mengalami kerusakan. Mulai dari banyaknya lubang yang muncul di jalan hingga badan jalan retak bahkan hancur.
“Untuk kondisi jalan yang berlubang, bisa ditangani dengan pemeliharaan rutin jalan dan untuk yang kondisinya retak dilakukan pemeliharaan berkala jalan sedangkan untuk yang kondisinya rusak berat dilakukan rekonstruksi. Rekonstruksi merupakan solusi jangka panjang untuk mengembalikan umur rencana jalan menjadi baru kembali,” terang Heru dikutip Rabu (20/1/2021).
Di tahun 2021 ini, Dinas PU Bina Marga sedang menyusun proposal untuk penanganan jalan secara besar-besaran melalui Pinjaman Daerah dari PT. Sarana Multi Infrastruktur (BUMN) sebagai kelanjutan pinjaman Daerah tahun 2020 yang lalu.
Baca Juga: Tim Pemprov Jatim Respon Cepat Laporan Rusaknya Sejumlah Infrastruktur di Kabupaten Trenggalek
Disinggung mengenai Betonosasi yang merupakan salah satu solusi meminimalisir jalanan berlubang, Heru menjelskan Betonisasi atau Rigid Pavement (Perkerasan Beton) konstruksi rigid pavement memang lebih tahan lama terhadap pelapukan/oksidasi. Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung bahan-bahan organik (C) dari pada aspal, jadi perkerasan beton semen lebih tahan terhadap oksidasi (penuaan/ageing) daripada perkerasan aspal.
“Namun demikian biaya yang dibutuhkan untuk perkerasan beton ini jauh lebih mahal dibanding perkerasan aspal, sehingga program betonisasi saat ini hanya diprioritaskan untuk lokasi-lokasi black spot seperti tikungan tajam, rawan macet dan rawan banjir,” urai Heru
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jatim juga telah mengembangkan sebuah aplikasi berbasis Android yang bisa diakses oleh masyarakat umum melalui HP dalam rangka untuk menampung keluhan masyarakat terkait jalanan yang bergelombang dan berlubang yang bisa membahayakan pengendara kendaraan bermotor.
Baca Juga: Gubernur Jatim Gelontorkan Beasiswa Santri Unggulan hingga Rp31,3 Miliar, Ini Rinciannya
“Aplikasi ini disebut Quick Respon Road Manajemen System (QRRMS) atau lebih familiar disebut JALAK LOEWE (JALan rusAK Lapor dEWE), dalam sehari rata-rata laporan masuk sebanyak 15-19 buah laporan, baik laporan terkait masalah di ruas jalan Provinsi maupun ruas jalan Nasional dan Kabupaten,” terangnya.
Dari laporan yang masuk, untuk jalan-jalan Nasional dan Kabupaten pihaknya akan meneruskan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali dan PUPR Kabupaten/Kota, sedangkan apabila merupakan Jalan Provinsi langsung diteruskan ke UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan DPU Bina Marga Provinsi yang tersebar di 11 wilayah di Jawa Timur untuk segera ditindaklanjuti dalam waktu 1x24 jam. (byta)
Editor : Redaksi