Kebijakan Fair Trade ala Trump, Apa Pengaruhnya Bagi Indonesia?

author Redaksi

- Pewarta

Jumat, 04 Apr 2025 13:23 WIB

Kebijakan Fair Trade ala Trump, Apa Pengaruhnya Bagi Indonesia?

i

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, H.M. Ali Affandi L.N.M.

SURABAYA - Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump baru saja menandatangani kebijakan perdagangan baru bernama "The Fair and Reciprocal Plan". Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, H.M. Ali Affandi L.N.M., menilai langkah ini akan berdampak besar pada perdagangan dunia.

"Ini adalah rencana besar untuk mengubah cara Amerika berdagang dengan dunia. Intinya, Amerika ingin memperbaiki ketimpangan dalam hubungan dagang dengan negara lain. Amerika menginginkan semua negara memberikan perlakuan yang adil dan seimbang dalam perdagangan," kata H.M. Ali Affandi L.N.M. di Surabaya, Kamis (3/4/2025).

Baca Juga: PPN Bakal Naik Jadi 12%, Kadin Surabaya Ungkap 8 Usulan

Ia menegaskan bahwa jika Amerika membuka pasar dan menurunkan pajak impor (tarif), maka negara lain juga harus melakukan hal yang sama. Jika tidak, Amerika akan menaikkan tarif untuk melindungi produknya sendiri.

"Pertanyaannya, apa pengaruh kebijakan ini bagi Indonesia? Apakah ini menjadi ancaman atau justru peluang untuk bangkit? Ketika Amerika main keras, Indonesia perlu main cerdas," ujarnya.

Mas Andhi, panggilan akrab H.M. Ali Affandi L.N.M., mengutip pernyataan Trump, "Kalau kamu mengenakan pajak tinggi ke produk saya, saya juga akan balas dengan tarif tinggi ke produkmu." Ia mencontohkan India yang mengenakan pajak 100% terhadap motor buatan Amerika, sementara Amerika hanya mengenakan tarif 2,4% terhadap motor India. Uni Eropa bebas mengekspor kerang ke AS, tetapi melarang sebagian besar kerang dari AS masuk ke Eropa.

"Trump tidak terima dengan perlakuan ini dan mulai mengambil langkah balasan. Ini bisa menyebabkan perang dagang antarnegara besar. Dampaknya? Dunia usaha menjadi penuh ketidakpastian. Rantai pasok terganggu, harga bahan baku naik, dan negara-negara seperti Indonesia bisa terkena imbasnya," lanjut Mas Andhi.

Ia menambahkan bahwa meskipun Indonesia bukan target utama kebijakan ini, kewaspadaan tetap diperlukan. Jika negara besar seperti Tiongkok atau India dikenai tarif tinggi oleh Amerika, mereka bisa membanjiri negara lain, termasuk Indonesia, dengan barang murah. Akibatnya, produk lokal bisa kalah saing.

Selain itu, jika perdagangan global terganggu, permintaan ekspor Indonesia bisa menurun. Hal ini berbahaya, terutama bagi sektor seperti tekstil, makanan olahan, dan elektronik ringan yang bergantung pada pasar luar negeri.

Baca Juga: Ketua KADIN Surabaya Dukung Adik Dwi Pimpin KADIN Jatim

Namun, seperti kata pepatah, "Di balik tantangan, ada peluang." Menurutnya, Indonesia tidak boleh hanya fokus pada ancaman. Jika mampu memanfaatkan momentum, tantangan ini justru bisa menjadi peluang. Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika dan Eropa akan mencari negara baru untuk produksi barang mereka.

"Jika sebelumnya mereka di Tiongkok, sekarang mungkin akan pindah ke negara lain yang lebih netral. Indonesia bisa menjadi pilihan—jika kita siap. Peluang ekspor produk lokal ke negara non-Amerika juga bisa meningkat, misalnya ke Timur Tengah, Afrika, atau negara tetangga ASEAN," katanya.

Mas Andhi menyebutkan beberapa strategi untuk memenangkan persaingan."Pertama, kita harus memperkuat industri dalam negeri. Kualitas dan daya saing produk lokal harus meningkat agar bisa bersaing di dalam dan luar negeri. Kedua, kita harus membuka pasar baru untuk ekspor. Kita tidak bisa hanya bergantung pada Amerika atau Tiongkok," ujarnya.

Ia menekankan bahwa Indonesia perlu mencari pasar-pasar baru yang belum tergarap maksimal. Ketiga, mempermudah izin usaha dan investasi. Jika ingin menarik perusahaan asing pindah ke Indonesia, maka proses investasi harus cepat, transparan, dan bebas pungli.

Baca Juga: Kadin Surabaya Siap Gelar Muskota VII, Ali Affandi: Ke Depan Lebih Banyak Kolaborasi dan Inovasi

Terakhir, aktif dalam diplomasi dagang. Pemerintah harus lebih aktif memperjuangkan kesepakatan dagang yang menguntungkan Indonesia, baik lewat ASEAN maupun perjanjian bilateral.

"Dunia sedang berubah, dan kita harus siap. Kebijakan Fair and Reciprocal Plan adalah sinyal bahwa perdagangan global tak akan semudah dulu. Negara besar mulai fokus pada kepentingannya sendiri. Kita tak bisa pasrah, tapi juga tak perlu takut," katanya.

Indonesia harus gesit, kompak, dan berani mengambil peluang. Dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat harus bergerak bersama.

"Kadin Surabaya siap membantu pelaku usaha menavigasi tantangan global ini. Kami percaya, dengan kerja keras dan kolaborasi, Indonesia bisa bukan hanya bertahan, tapi menang di tengah perubahan dunia," ujarnya, mengakhiri. (*)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU