BACASAJA.ID - Paska Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwali) Surabaya, Armudji sempat positif Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Bahkan, Wakil Wali Kota Surabaya terpilih ini dikabarkan meninggal di media sosial. Namun kabar meninggal itu bohong alias hoaks. Terbukti Armuji saat ini baik-baik saja setelah dinyatakan sembuh dari virus asal China itu.
Tim BACASAJA.ID menjadi media pertama yang berhasil menemui Armudji pasca perawatan dari rumah sakit. Bahkan, diberi kesempatan wawancara eksklusif dengan mantan Ketua DPRD Kota Surabaya ini. Saat ditemui di rumahnya, Sabtu (6/2/2021), politisi PDI Perjuangan (PDIP) yang akrab disapa Cak Ji ini sedang duduk berjemur sambil dikelilingi burung merak peliharaannya.
Baca Juga: Berbuka Puasa Bersama Pejabat - Pegawai Dilarang, Cak Ji : Fokus Pada Kerja - Kerja Kerakyatan
Sedikit bercerita tentang pengalamannya saat menjalani proses penyembuhan, Cak Ji mengatakan, Covid- 19 itu nyata dan belum ada obatnya. Cak Ji juga berjuang untuk bisa sembuh. Berikut ini wawancara Tim BACASAJA.ID dengan Armudji.
Bagaimana awalnya Cak Ji mengetahui gejala Covid-19?
Saya tidak ada gejala. Dua hari sebelum dinyatakan positif saya sudah ke dokter dan melakukan swab test. Ini berawal dari undangan makan-makan, undangan ini dari teman-teman sebagai selebrasi kemenangan (Pilwali Surabaya 2020, red).
Setelah tiga hari kemudian nafas saya mulai ngos-ngosan. Pertama saya lakukan isolasi mandiri, tapi tidak mempan. Saya putuskan akhirnya ke rumah sakit.
Tiga hari saya berada di RS Husada Utama, ternyata tidak membaik. Lalu saya dilarikan ke RS Dr Soetomo. Ternyata saya dinyatakan Covid berat.
Apakah sebelumnya Cak Ji memiliki komorbid?
Saya hanya punya asam lambung. Tapi Covid -19 ini menghantam organ tubuh saya yang lainnya. Saya juga heran dan dokter juga menceritakan hal sama, bahwa banyak pasien yang mengalami hal serupa.
Apa yang Cak Ji rasakan selama di rumah sakit?
Saya di rumah sakit ini hanya 14 hari. Saya tidak lama di awat di sana. Saya juga tidak betah. Setelah dinyatakan negatif saya langsung meminta pulang untuk melakukan perawatan di rumah. Untuk obat saya juga konsultasikan dengan dokter terus, ini hanya konsumsi obat batuk saja saat ini.
Baca Juga: Wakil Walikota Armuji Tengahi Mediasi Warga Bulak Terkait Dugaan Pungli
Lalu ada sedikit mati rasa di area paha kanan. Saat saya dirawat, sempat tidur dengan posisi telungkup selama tiga hari karena ada penyuntikan syaraf.
Sempat dikabarkan meninggal, apa Cak Ji marah?
Justru saat ada kabar hoax itu, saya sudah melewati masa kritis. Semua alat bahkan sudah dilepas.
Cak Ji memberikan makan kepada burung merak kesayangannya
Apa Cak Ji ikut terapi plasma konvalensen?
Terapi plasma konvalensen itu sebetulnya bukan obat. Covid - 19 ini belum ada obatnya. Saya sangat membutuhkan oksigen saat itu, hingga ada satu alat yang harus dimasukkan ke tenggorokan saya untuk membantu bernafas. Sebab, saya sudah harus dirawat menggunakan ventilator. Efeknya saat ini saya masih sedikit merasakan nyeri seperti radang dan batuk.
Saya ini masuk rate satu. Di situ ada ICU yang juga terdapat alat monitoring. Setiap menit saya dipantau dari jauh.
Setelah dinyatakan sembuh, apa aktitas Cak Ji?
Sekarang lebih menjaga kesehatan. Sekarang saya sering berjemur, berjalan mengelilingi area rumah sekitar 1 kilometer. Bersepeda dengan jarak 2 kilometer.
Bagaimana bisa sangat mencintai burung merak?
Saya suka merak karena bulunya bagus. Saya pelihara sejak 5 tahun yang lalu. Kalau mereka pamer bulunya itu kan indah, nah itu tandanya sedang birahi. Sekarang saya punya tujuh pasang burung merak
Dulu saya cuma punya satu pasang untuk dipelihara. Sekarang ada banyak, ini anak-anak dari merak yang saya pelihara dulu.
Sebetulnya, anak merak ini tidak bisa menikah dengan anak dari satu induk. Jadi saya beli merak, salah satunya jenis Kameyo (merak yang berwara coklat) ini. Saya nikahkan supaya tidak cacat.
Sekarang saya fokus pemulihan, sambil bermain dengan hewan peliharaan agar tidak jenuh dan gampang stres. Sebab kalau stres mudah membuat imun tubuh menurun.
Ada pesan khusus untuk masyarakat yang saat ini kota Surabaya masih PPKM?
Masyarakat jangan menganggap Covid -19 ini enteng. Ini membahayakan. Kalau sudah kategori berat, tinggal antara hidup dan mati. (Byta/L1)
Editor : Redaksi