BACASAJA.ID - Melukis diatas kertas dan kanvas mungkin sudah biasa. Namun beda lagi dengan melukis diatas kaca. Melukis diatas kaca penuh dengan tantangan dan kesulitan.
Hanya beberapa pelukis yang mampu melakukan itu. Salah satunya adalah Budiyanto (48) warga Desa Majan Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Ayah 3 putra ini sudah menjalani aktifitasnya melukis diatas kaca sejak 20 tahun lalu. Banyak karya telah dihasilkan dari goresan kuasnya di atas kaca.
Bahkan karyanya telah dinikmati oleh penikmat seni hingga pulau Dewata.
Budiyanto menuturkan tak semua perupa menekuni seni melukis dengan media kaca.
Di Tulungagung, hanya 2 orang yang menekuni seni melukis dengan media kaca, salah satunya adalah dirinya. “Media kaca ini jarang yang menggunakan, lebih ke tantangan ya,” kata Budiyanto saat ditemui di tengah pameran lukisan “PAKARSRIBU” di GOR Lembipeteng, Jum'at (27/11/20).
Sebelum menggunakan media kaca, dirinya berkarya menggunakan media kanvas. Sudah ada ratusan karya dihasilkan.
Selain melukis di media kaca, dirinya juga melayani glass painting. Bukanya mudah melukis di media kaca, banyak kesulitan yang ditemui, salah satunya tak boleh ada kesalahan saat melukis.
“Lebih sulit di kaca, sekali hapus itu keseluruhan (dihapus), fatal,” katanya.
Dirinya mencontohkan, pernah melukis di atas kaca. Lukisan yang hampir jadi terkena tetesan tinner, maka lukisan itu dihapus keseluruhan dan mulai dari awal lagi.
Untuk menyelesaikan 1 lukisan, dirinya setidaknya membutuhkan waktu sekitar 15 hari. Satu buah lukisan bisanya dihargai hingga 5 juta rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.
Biasanya, kaca yang digunakan merupakan kaca limbah. Seperti lukisan “Iguana” yang ikut dipamerkan dalam PAKARSRIBU kali ini. Lukisan berukuran 170 cm kali 60 cm ini dibuat dari bekas kaca bis.
“Tingkat kesulitannya enggak sama, tergantung ukuran juga,” terang Budiyanto yang juga ketua perkumpulan perupa Artnonim tersebut.
Untuk cat, dirinya menggunakan cat minyak yang dijual di pasaran. Sebenarnya melukis di atas kaca sudah ada, namun temanya seputar tokoh pewayangan.
Agar bisa diterima oleh pasar, dirinya berkreasi dengan melukis tokoh atau fauna, sehingga lebih diminati oleh khalayak umum.
Salah satu karyanya potret dr. Iskak yang kini dipajang di RSUD dr. Iskak. “Yang nempel di dinding rumah sakit itu (karya) saya,” kata pria ramah ini.
Darah seni juga diturunkan ke anak-anaknya. Berbeda denganya, anak-anaknya masih bereksplorasi dengan media kanvas. Namun ketertarikan akan media kaca sudah mulai terlihat pada anak-anaknya.
Untuk melihat pameran lukisan ini, pengunjung tak ditarik biaya sepeserpun. Namun pengunjung wajib mematuhi protokol Kesehatan.
Selain wajib memakai masker, pengunjung juga wajib mencuci tangan sebelum memasuki lokasi pameran.
Jumlah pengunjung juga dibatasi, untuk menjaga jarak sehingga tidak berjubel di dalam lokasi pameran. Dalam pameran ini ada 30 perupa yang memamerkan karyanya. Masing-masing perupa dibatasi 3 karya (noyo/las).
Editor : Redaksi