BACASAJA.ID – Keluhan warga mengenai pencemaran debu berlebihan yang diduga berasal dari pabrik yang beroperasi di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), hingga kini belum ada solusi memuaskan.
Padahal, Komisi B DPRD Surabaya sudah menggelar hearing dengan mempertemukan warga Rungkut Kidul, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya maupun manajemen PT SIER.
Baca juga: Soal Pemkot Surabaya Nonaktifkan NIK Pasien TBC, Anggota DPRD: Bisa Langgar Hak Asasi
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno meminta PT SIER segera menyelesaikan persoalan polusi debu itu, mengingat dampaknya sudah dirasakan warga sejak enam bulan lalu. Menurutnya, sembari menunggu hasil laboratorium dari DLH, manajemen PT SIER perlu mengurangi polusi tersebut.
Baca juga: Usai Disidak Wawali Surabaya Armuji, Kini DPRD Panggil Pengusaha yang Diduga Tahan Ijazah Warga
“Kami meminta kepada pihak PT SIER untuk mengurangi pengeluaran debu sembari menunggu hasil lab dari DLH yang katanya akan keluar pada pertengahan Maret,” kata Anas Karno dikutip Rabu (10/3/2021).
Politisi PDIP ini menegaskan limbah polusi debu itu menggangu warga Rungkut Kidul, maka komisi B akan melakukan sidak ke lokasi tersebut. “Apabila dari debu itu masih banyak menganggu, DPRD lingkungan kita akan sidak lagi sama-sama komisi B,” tegasnya.
Anas juga meminta kepada pihak PT SIER memberikan kontribusi kepada warga yang terdampak limbah debu tersebut, mulai dari kebersihan hingga kesehatan masyarakat yang terdampak.
“Jangan sampai warga kena imbas tapi warga juga yang disuruh berobat sendiri ke Poli PT SIER. Seharusnya PT SIER itu yang mendatangi warga, supaya mendeteksi untuk pengobatan. Dan segera juga yang harus dilakukan adalah kontribusi bantuan apalagi dalam kondisi pandemi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Divisi PT SIER, Teguh Rudi Siswanto mengaku telah memenuhi semua keluhan warga Rungkut Kidul. "Sudah mbak, kemarin saya sudah kirim pembersih untuk debu, memberikan masker dua kali kepada warga, dan memfasilitasi masyarakat yang sakit mata atau sesak nafas untuk periksa di poli saya," ungkapnya saat dihubungi melalui telepon, Rabu (10/3/2021)
"Saya memfasilitasi apa kebutuhan warga. Ini bagian dari komitmen kami untuk warga dan kawasan," sambungnya.
Menurutnya, secara tanggung jawab sudah dilakukan, sebab pihaknya hanya pengelola kawasan dab bukan penyebab polusi itu. "Penyebab polusi sampai kemarin hearing aja tidak ada yang mengaku," keluhnya.
Bahkan, Teguh juga berusaha menjaga seluruh mitra dan substansinya. "Saya tidak mungkin menjatuhkan vistor atau menjatuhkan warga, karena saya akan berdiri di posisi tengah-tengah. Setiap ada keluhan warga kami selalu mengirim tim kami lapangan," terang dia.
Disinggung mengenai hasil uji lab, Teguh mengaku pihaknya juga telah melakukan uji lab mandiri dan bersifat rahasia. "DLH (Dinas Lingkungan Hidup) sudah melakukan uji lab dan biarkan DLH menyampaikan hasil ujinya, dan kami juga sudah melakukan uji lab (sudah keluar hasil), tetapi sifatnya rahasia. Kami memiliki dokumen uji ada semua," jelasnya.
Teguh membeberkan bila pihaknya juga sudah meeting dengan perusahaan, namun tidak ada satupun yang mengakui limbah polusi debu tersebut berasal dari perusahan mana.
"Artinya sudah kami simulasikan. Tapi tidak ada yang mengakui siapa yang menghasilkan debu, karena semuanya merasa jadi korban. Dan kami sudah membuat laporan ke DLH tentang case (insiden) ini untuk melakukan tindak lanjut, dan sudah ada simulasi yang kami lakukan," paparnya.
Hingga saat ini, Teguh belum bisa menjelaskan apakah persoalan tersebut selesai atau tidak, lantaran masih menunggu hasil uji lab dari DLH. "Proses ini kan masih berjalan, tergantung warga, apakah warga ada keluhan atau tidak," katanya.
Mesti demikian, Teguh juga mengungkapkan, hingga pagi tadi polusi debu tersebut masih mengganggu aktifitas warga. "Tadi pagi juga masih ada keluhan munculnya debu lagi dan kita tetap monitor itu di lapangan. Kami terjunkan tim di lapangan untul melakukam verifikasi, intinya dengan warga kami sangat responsif," pungkasnya. (byta/L1)
Editor : Redaksi