BACASAJA.ID - Keberadaan dam atau bendungan sangat penting untuk pengendalian banjir di suatu wilayah. Dam juga berfungsi sebagai pengendali banjir.
Seperti dam Cluwok di Desa Bono Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Dam yang dibangun pada era kolonial Belanda tahun 1931 ini akan dibangun sebagai monumen.
Baca juga: Surat Edaran Bupati Tulungagung soal Penutupan Tempat Hiburan Picu Keresahan
Setelah dibangun, dam ini difungsikan hingga tahun 1980 an, dan terbenam dalam tanah sedalam 7 meter.
Pembangunan monumen dilakukan untuk mengingatkan bahwa Tulungagung pada masa dulu merupakan daerah rawa yang sering dilanda banjir.
Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo selepas meresmikan monumen dam Cluwok dengan ditandai pemecahan kendi mengatakan Dam Cluwok dulu untuk pengendalian banjir.
Saat air di Tulungagung tinggi, dam akan ditutup, sehingga air tidak sampai menggenangi wilayah Boyolangu, Pakel dan Campurdarat. Air saat itu masih mengalir ke Utara menuju Kali Brantas.
“Ini berfungsi sampai 26 Juni 1986,” terang Maryoto.
Dam berkonstruksi beton ini berhenti beroperasi sejak diaktifkanya parit agung yang mengalirkan air menuju laut selatan, melalui bendungan Niyama.
Baca juga: Bupati Tulungagung Hadiri Launching J Connect Remiten Bank Jatim
Penonaktifan dam ini juga disebabkan pembukaan Dam Tulungagung Gate atau Dam Majan yang terletak di Desa Majan Kecamatan Kedungwaru.
Sejak dinonaktifkan, dam ini tak lagi digunakan dan keberadaannya dilupakan. Namun pada peringatan Hari Air yang jatuh pada 22 Maret, dam ini diresmikan sebagai monumen.
Namun untuk membangunkan dam ini butuh tenaga ekstra, lantaran Dam Cluwok dalam keadaan terkubur hingga 7 meter didalam tanah, hanya bagian atasnya yang terlihat.
“Nilai historis pengendalian (banjir) itu disini (Dam Cluwok),” kata Maryoto.
Baca juga: Bertemu LMI, Bupati : LMI Bisa Bantu Pemberdayaan Masyarakat
Maryoto meneruskan, saat Tulungagung masih sering dilanda banjir, pertemuan air dari lereng Wilis dan dari wilayah timur berada di titik Dam Cluwok berada. Sehingga keberadaan Dam Cluwok saat itu sangat vital dalam pengendalian banjir dan keirigasian.
Sementara itu Kepala Dinas Sumber Daya Air, Wilayah Perumahan dan Pemukiman Rakyat, Anang Pratistianto menerangkan akan melakukan penggalian pada dam Cluwok.
Saat ini pihaknya sudah menggali 3 meter bagian atas dam, dan akan dilanjutkan pada bagian dam yang masih terkubur. “Kita gali biar nampak bagian-bagian pintu air yang ada,” terang Anang.
Dari bangunan yang telah nampak di permukaan, bangunan ini masih kokoh. Bangunan ini dibuat dengan cor beton era kolonial dengan ketebalan mencapai 40 cm ujarnya (Noyo/JP).
Editor : Redaksi