BACASAJA.ID-Awal bulan Ramadan, harga daging ayam melonjak hingga Rp 40 ribu perkilo. Kenaikan ini dipicu terlambatnya pasokan daging ayam dari pabrik.
Seperti diungkapkan oleh Ryansah, pedagang daging ayam di Pasar Ngemplak, Tulungagung, Rabu (14/4/2021). Ryansah menuturkan kenaikan daging ayam sudah terjadi sejak 10 hari sebelum Ramadan.
Baca juga: Stok Kecukupan Pangan di Surabaya 3 Bulan ke Depan Aman
Daging ayam yang normalnya 30 ribuan per kilo, menjelang puasa menjadi 36 ribu rupiah perkilo. “Justru pada awal puasa malah naik menjadi 40 ribu perkilo,” ujar pria berkacamata itu, Rabu (14/4/21).
Pria asal Desa Tawing Kecamatan Gondang itu melanjutkan, kenaikan ini dipicu telatnya pasokan daging ayam dari pabrik. Daging ayam yang beredar di pasar adalah daging dari peternak kemitraan pabrik. Sedang daging ayam dari peternak mandiri sudah tak ada lagi sejak pandemi tahun lalu.
Pada awal pandemi tahun lalu yang terjadi di pada bulan Maret dan menjelang puasa, peternak ayam mandiri ramai-ramai menjual ayamnya dengan harga 11-15 ribu perkilo. Kondisi ini dilakukan lantaran masyarakat yang kesulitan ekonomi, sehingga permintaan ayam menururn.“Ini barangnya (daging ayam) telat-telat,” katanya.
Harga daging ayam ini diperkirakan akan terus bertengger pada harga Rp 40 ribu hingga 5 hari ke depan. Kalaupun nanti turun, harganya sulit untuk mendekati harga normal Rp 30 ribu perkilo.“Paling-paling harganya 36 ribu per kilo,” terangnya.
Meski demikian, permintaan terhadap daging ayam mengalami lonjakan hingga 100 persen jelang puasa kemarin. Jika normalnya tiap hari dirinya menjual hingga 1-2 kwintal daging ayam, jelang puasa kemarin dirinya mampu menjual hingga 4 kwintal ayam.
Baca juga: Awal Puasa Ramadhan, Harga Bahan Pokok Terus Melambung Tinggi
Kenaikan ini disebabkan kebiasaan masyarakat yang menggelar acara “Megengan” menyambut bulan puasa. Akibatnya, cakar ayam dan kepala ayam yang biasanya laku tak lagi dilirik oleh pembeli. Pembeli lebih memilih membeli daging.
“Kita simpan dulu di freezer (penyimpanan beku),” ujarnya.
Berbeda dengan tahun lalu, meski harga ayam turun hingga 11 ribu per kilo, permintaan ayam justru turun. Perhari dirinya hanya mampu menjual 1 kwintal perhari. Penurunan ini disebabkan masyarakat lebih memilih membeli ayam langsung dari kandang dibanding di pasar.
Baca juga: Hadapi Kenaikan Harga Sembako, Ini Solusi yang Dilakukan Pemkot Surabaya
Harga di kandang jauh lebih murah lantaran banyak peternak mandiri yang banting harga untuk mengurangi kerugian.
Selain itu acara megengan tahun lalu dilakukan secara simbolis di Mushola atau masjid dengan 3 paket nasi. Berbeda dengan sekarang warga mulai melakukan megengan secara mandiri dengan jumlah besar.
“Kalau dibanding tahun lalu beda banget, meski harganya murah tapi permintaan kecil,” jelas Ryansah (Noyo/JP).
Editor : Redaksi