Penambang Tradisional di Tengah Mekanisasi Tambang Pasir

author bacasaja.id

- Pewarta

Kamis, 25 Mar 2021 16:36 WIB

Penambang Tradisional di Tengah Mekanisasi Tambang Pasir

i

Penambang pasir tradisional di Tulungagung

BACASAJA.ID- Keberadaan Kali Brantas menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitarnya. Sungai yang membentang mulai dari Malang melewati Blitar, Tulungagung, Kediri dan bermuara ke laut utara Jawa ini memberikan penghidupan bagi warga di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

Selain dari ikan yang melimpah, Kali Brantas juga memberikan bonus berupa pasir yang melimpah. Seperti di Tulungagung, Sungai Brantas melewati Kecamatan Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Kedungwaru, Ngantru dan Karangrejo.

Baca Juga: Siswi SMA di Tulungagung Melahirkan di Kamar Mandi, Bayinya Bernasib Tragis

Di DAS Sungai Brantas jamak ditemui aktifitas penambangan pasir, baik secara mekanik dan manual. Sayangnya penambangan secara mekanik berpotensi merusak kelestarian ekosistem sungai, akibat pengambilan pasir yang tidak terkontrol.

Namun di tengah mekanisasi penambangan pasir itu, ternyata masih ada penambang pasir tradisional. Penambangan secara tradisional ini dinilai lebih ramah lingkungan.

Salah satu penambang tradisional yang masih bertahan adalah Khoiron (37), warga Desa Banjarsari Kecamatan Ngantru.

Khoiron atau yang akrab disapa Rony ini biasa menambang pasir dengan menggunakan “Tomblok”, alat menyerupai timba dari besi dengan sisi-sisi yang berlubang untuk tempat keluarnya air.

Tak mudah memang untuk menambang pasir secara tradisional. Rony harus menyelam di kedalaman hingga 7 meter atau lebih untuk seember pasir. Dirinya harus menahan nafas di dalam air selama sekitar 1 menit tiap kali menyelam mencari pasir.

"Ya harus menahan nafas,” kata Rony saat ditemui awak media, Kamis (25/3/2021).

Baca Juga: Ratusan Milenial dan Tim Pemenangan Muda Tulungagung Siap Menangkan Ganjar-Mahfud

Rony mengaku sudah menjalani pekerjaan ini sejak 21 tahun lalu, saat berusia 16 tahun.

Sebelum memulai aktifitas menambang pasir, Rony selalu menancapkan galah sepanjang sekitar 9 meter kedasar sungai. Galah ini berfungsi sebagai pegangan saat menyelam agar tak terbawa arus Sungai Brantas yang deras.

Dengan berbekal tomblok, Rony dan 2 rekanya turun ke dasar sungai mengeruk pasir. Setelah tombloknya penuh, lalu Rony naik ke atas dengan membawa pasir.

Bukanya ringan, sekali naik berat pasir mencapai lebih dari 50 kilo. Tak heran jika tubuhnya terlihat kekar.“Sehari mungkin 2 sampai 3 rit (bak truk),” jelasnya.

Baca Juga: 2 Tersangka Korupsi Gamelan Tulungagung Ditahan

Dari hasil menambang pasir itu, jika beruntung dirinya bisa mengantongi sekitar 120 an ribu. Hasil itu tak mesti didapat, lantaran aktifitas menambang tergantung dengan cuaca dan aliran air.

Apalagi daerah tempatnya menambang seringkali terendam air jika turun hujan. Pasir yang terkumpul hilang tersapu air. Resiko lainya bisa saja saat menambang terseret derasnya arus.

“Makanya memakai galah agar tidak hanyut,” ujar ayah 2 anak itu (Noyo/JP).

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU