BACASAJA.ID-Banyak yang berkeyakinan tidur di bulan suci Ramadhan dihitung sebagai ibadah. Padahal Allah akan melipatgandakan orang yang beribadah dan beramal shaleh di bulan puasa ini. Lantas, mana yang benar?
Dilansir dari laman Dalam Islam, tidur merupakan kegiatan yang dapat memberi pahala sepanjang Ramadan. Adapun hadist tersebut menyebutkan, bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah.
Baca Juga: Lezatnya Opor Ayam Warisan Bung Karno, Begini Cara Masaknya
Seperti hadist yang satu ini. “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.” (HR. Baihaqi).
Meski hadist berkata demikian, bukan berarti harus tidur sepanjang hari, apalagi tidak beraktivitas sama sekali. Walaupun tidur diperbolehkan, namun jika dimanfaatkan untuk bermalas-malasan bukan lah hal yang baik selama Ramadan
Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh kebaikan dan keberkahan. Pada bulan ini Allah subhanahu wata’ala akan melipatgandakan pahala amal saleh, meluaskan ampunan, dan menurunkan keberkahan-Nya.
Pada intinya Ramadhan adalah bulan beramal, bukan tiduran. Mengutip dari dakwah.id, mengisi hari-hari pada bulan Ramadhan dengan tiduran sangat jauh dari semangat Ramadhan yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat.
Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat Ramadhan tiba, beliau akan lebih fokus lagi dalam beribadah. Mulai dari membaca al-Quran, qiyamul lail, dan ibadah lainnya.
Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Malaikat Jibril menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setiap malam bulan Ramadhan, dan Nabi belajar (al-Quran) dengannya.” (HR. Al-Bukhari)
Motivasi untuk menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan shalat juga Rasulullah sampaikan. Seperti termaktub dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh harap, maka diampuni dosa yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari No. 2009; HR. Muslim No. 759)
Baca Juga: Warga di Jember Rayakan Idul Fitri Hari ini, Begini Alasannya
Aisyah juga menyebutkan bahwa di sepanjang malam bulan Ramadhan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat. Kemudian para sahabat menjadi makmum di belakang beliau.
Pasca wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, amalan ini menjadi sunnah shalat tarawih yang sering kita kerjakan. (HR. Al-Bukhari)
Inilah teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjalani bulan Ramadhan. Mengisinya dengan penuh ketaatan dan amal saleh.
Seperti yang ditulis oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, “Petunjuk Nabi dalam menjalani Ramadhan adalah dengan memperbanyak ibadah seperti memelajari al-Quran, sedekah di bulan Ramadhan, berbuat kebaikan, membaca al-Quran, shalat (sunnah), berzikir, dan i’tikaf. Nabi selalu mengkhususkan bulan Ramadhan untuk ibadah dibandingkan bulan-bulan lainnya. (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Zaad al-Ma’ad, 2/30)
Teladan Nabi dalam menjalani Ramadhan ini diikuti oleh para sahabat dan generasi setelahnya. Mereka menyibukkan diri dengan ibadah demi mengejar kemuliaan dan keberkahan yang Allah janjikan dalam bulan Ramadhan.
Abdullah bin Abi Bakar ia berkata, “Aku mendengar bapakku (Abu Bakar ash-Shiddiq) berkata, ‘Jika kami telah selesai qiyamul lail pada malam bulan Ramadhan, maka kami akan bersegera untuk makan, karena khawatir akan masuk waktu fajar (Subuh).” (Al-Muwaththa’ Imam Malik, 1/85)
Baca Juga: Dilarang! Takbir Keliling di Gresik, Kapolres: Jika Nekat, Dibubarkan
Kesungguhan para sahabat dalam menghidupkan malam dengan shalat sulit ditandingi. Bagi mereka, malam adalah momen untuk berkhalwat dengan Allah dalam shalat dan munajat.
Imam Nafi’ juga memberikan kesaksian tentang kesungguhan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dalam Ibadahnya ketika Ramadhan, ia bertutur, “Adalah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu shalat di rumahnya pada bulan Ramadhan, dan saat orang-orang telah pulang dari masjid, maka Ibnu Umar akan mengambil seember air kemudian pergi menuju masjid Nabi (untuk ibadah) dan tidak keluar hingga waktu subuh tiba.” (HR. Al-Baihaqi)
Teladan mulia ini terus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Mereka adalah generasi terbaik dalam ibadah dan kesalehan. Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan bahwa para salaf terdahulu terbiasa mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali, ada juga yang setiap tujuh hari sekali, ada yang setiap sepuluh hari sekali. (Ibnu Rajab al-Hanbali, Latahif al-Ma’arif, 171)
Adalah Imam Syafi’i, seperti yang dituturkan oleh Rabi’ bin Sulaiman, bahwa ia mengkhatamkan al-Quran selama Ramadhan sebanyak 60 kali. (Ibnu Abi Hatim, Adab asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, 74)
Ada banyak sekali contoh dan teladan tentang cara mengisi kegiatan selama bulan Ramadhan. Dan kita bisa pastikan bahwa Nabi, para sahabat, dan para salaf dari generasi terbaik umat ini selalu menjalani hari-hari di bulan Ramadhan dalam ibadah dan ketaatan. Bukan sekedar rebahan, tiduran, atau malas-malasan.
Maka di madrasah Ramadhan ini, gunakan kesempatan untuk terus memperbaiki diri. Menata kesalehan, menambah amal ketaatan, dan memupuk kebaikan. Karena bersungguh-sungguh dalam ibadah adalah teladan para salaful ummah. Menjadi pribadi-pribadi yang tidak pernah kenyang dalam ketaatan dan ibadah. (*)
Editor : Redaksi