BACASAJA.ID -Belum tuntas kehebohan Joseph Paul Zhang yang dinilai menista agam Islam, kini muncul kegaduhan baru. Lini masa Twitter diramaikan tentang hilangnya nama pendiri Nahdhatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari, dalam buku Kamus Sejarah Indonesia.
Cuitan soal hilangnya nama pendiri NU itu menempati peringkat ketiga trending topik pada Selasa (20/4/2021) sekitar pukul 15.00 WIB. Hal itu memancing netizen berkomentar, termasuk mencurigai adanya upaya tertentu yang tidak baik.
Baca Juga: HUT Kemerdekaan Indonesia, Firman Syah Ali Ziarah Ke Makam KH Hasyim Asy'ari
Media NU Online juga menyoroti masalah ini. "Nama Hadhratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendiri Nahdlatul Ulama, tidak termaktub dalam buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)," sebut NUOnline dengan alamat nu.or.id, Kamis (20/4/2021).
Disebutkan bahwa buku yang terbit dalam salinan lunak atau soft copy tersebut sudah menyebar. NUOnline mengungkapkan bahwa Kamus Sejarah Indonesia terdiri atas dua jilid. Jilid I Nation Formation (1900-1950) dan Jilid II Nation Building (1951-1998).
Pada sampul Jilid I terpampang foto Hadhratussyekh Hasyim Asy’ari. Namun secara alfabetis, pendiri NU itu justru tidak ditulis nama dan perannya dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
NUOnline menyoroti bahwa dalam kamus tersebut nama Gubernur Belanda HJ Van Mook justru dimasukkan. "Diceritakan Van Mook lahir di Semarang 30 Mei 1894 dan meninggal di L’llla de Sorga, Perancis 10 Mei 1965. Tentara dan intelijen Jepang Harada Kumaichi juga dimasukkan dalam kamus. Tokoh lain yang justru ditemukan adalah tokoh komunis pertama di Asia Henk Sneevliet," tulis NUOnline.
KH Hasyim Asy:ari
Menyikapi hal itu, Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini angkat bicara. Ia mengaku kecewa menyoal edaran draf naskah Kamus Sejarah Indonesia yang tak mencantumkan KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Baca Juga: KH Cholil Nafis: Walau cuma Draf, kok, Kiai Hasyim Nggak Ada
Menurutnya, sebagai tokoh yang berperan besar dalam sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia, nama tersebut harus muncul, alih-alih dari beberapa nama asing yang ada dalam draf itu.
‘’Siapa pun yang menyusun dan menyebarkan jika ada unsur kesengajaan, ini bentuk pengkhianatan terhadap sejarah bangsa. Maka, buku tersebut atau kalau masih draf buku sekalipun harus segera ditarik dari peredaran karena bisa menyesatkan anak bangsa,’’ ungkap dia dalam keterangannya, Selasa (20/4/2021).
Mengutip beberapa sumber, kata Jazuli, draf itu dipersiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Namun, dia menambahkan, Kemendikbud telah membantah kepemilikan draf tersebut.
Meski tak terlibat dalam penyusunan itu, Kemendikbud diminta untuk melakukan klarifikasi. Utamanya, ketika hal itu menjadi tugas Kemendikbud dalam menyusun kurikulum dan materi kebangsaan yang valid tanpa ada penyimpangan.
"Pemerintah harus segera klarifikasi dan tarik draf naskah yang beredar tersebut, serta mengusut motif tidak dicantumkannya Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari," kata Jazuli.
Terlepas dari itu, Jazuli menganggap bahwa tidak hadirnya Kiai Hasyim Asy’ari merupakan keteledoran dan ketidakpahaman tim penyusun menyoal sejarah bangsa. Karena itu, seluruh anak bangsa ia minta harus paham sejarah Indonesia. Dengan demikian, tidak ada yang bisa memutus mata rantai sejarah perjalanan bangsa.
Dia menegaskan, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU mutlak masuk dalam dokumen sejarah mana pun karena peran dan kiprahnya yang luar biasa, baik pada masa penjajahan maupun kemerdekaan.
Terlebih, ketika resolusi jihadnya diklaim Jazuli mampu membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia saat itu. "Juga perannya sebagai rujukan ketika bangsa ini membentuk dasar negara dan konstitusi bernegara. Jangan putus mata rantai sejarah tersebut. Jangan lupakan jasa ulama besar bangsa ini," tandas dia. (int/rl/bsi)
Editor : Redaksi