Pahami Stres Anak pada Masa Pandemi, Mengapa, Gejala dan Bagaimana Mengatasinya

author bacasaja.id

- Pewarta

Kamis, 26 Agu 2021 08:53 WIB

Pahami Stres Anak pada Masa Pandemi, Mengapa, Gejala dan Bagaimana Mengatasinya

i

Ilustrasi (Northshore University)

BACASAJA.ID - Masa pandemik ini banyak berdampak dan menimbulkan berbagai masalah, baik masalah ekonomi, masalah sosial, keluarga dan kesehatan mental. Berbicara tentang kesehatan mental, salah satunya hal yang sering muncul adalah timbulnya stress.

Hal yang perlu di perhatikan, bahwa kondisi stress pada masa pandemik ini tentu saja tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun banyak terjadi juga pada anak-anak. Dalam hal ini peran orang tua sangat diperlukan untuk dapat memahami kondisi pada anak, terutama perubahan-perubahan yang terjadi pada anak.

Baca Juga: Perkuat Mental Remaja, Pemkot Surabaya Beri Pembekalan Bersama UNICEF dan PLATO

Sebelum memahami perubahan yang terjadi pada anak, tidak kalah penting orang tua memahami tentang stress itu sendiri serta ciri-ciri yang terjadi pada saat tubuh mengalaminya.

Definisi stress dari Sarafino (1994), adalah tekanan internal dan ektrenal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan. Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012) menjabarkan bahwa stress adalah kondisi individu yang di pengaruhi oleh lingkungan.

Seseorang yang mengalami stress biasanya akan mengalami perilaku yang berbeda. Stress terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi sesorang dengan kemampuannya dalam menghadapi tekanan tersebut.

Sedangkan WHO (2003) stress merupakan reaksi repson tubuh terhadap stressor psikososial (beban hidup) (Priyoto, 2014).

Saat seseorang mengalami stress maka akan terjadi perubahan dalam tubuh nya yang juga memberi pengaruh dengan hal-hal lain termasuk fisik, emosi dan perilaku kebiasannya.

Pada masa pandemic ini banyak perubahan situasi yang terjadi pada lingkungan anak dan dapat memicu timbulnya stress.

Beberapa situasi seperti :

- Sekolah dengan sistem daring yang dampaknya cukup banyak pada anak dalam mengikuti aktivitas akademik.

- Terbatasnya interaksi dan aktivitas sosial dengan teman

- Terbatasnya berbagai kegiatan outdoor

- Terbatasnya kegiatan refreshing bersama

- Dan sebagainya

Dari hal-hal situasi tersebut diatas, anak yang mengalami stress juga akan mendapati suatu perubahan-peruabahan yang tentunya di harapkan orang tua perlu aware.

Beberapa gejala itu di antara adalah:

1. Perubahan perilaku (muncul perilaku negative): mudah marah, mudah tersinggung, sering menangis, sering membantah, nampak sering bohong serta perilaku lain yang tidak biasanya dilakukan anak dan atau lebih sering frekuensinya.

2. Perubahan perilaku sosial : menarik diri, mengurung diri kamar, menghindari interaksi keluarga/ teman, menjadi pemurung , dan hal ini tidak terjadi sebelumnya.

3. Perubahan perilaku makan, nafsu makan berkurang

Baca Juga: Puan Maharani: Jangan Kendor walau Penularan Covid-19 terus Melandai

4. Perubahan pola tidur, seperti kesulitan tidur.

5. Mulai muncul sakit tanpa sebab, seperti sakit perut, pusing, mual, muntah, gatal-gatal dan sebagainya.

6. Muncul perilaku mengompol

7. Sulit konsentrasi dan sebagainya

Lalu bagaimana yang harus dilakukan orang tua?

1. Being there: Interacting mindfully, yakni dengarkan anak, pahami anak dan stop menghakimi.

2. Ajak bicara, dan luangkan waktu secara berkualitas bersama anak. Lakukan kegiatan bersama dengan anak dengan tujuan untuk melakukan pendekatan dan bantu anak memahami perasaannya serta mengenal emosinya. Apakah sedih? Kecewa? Marah dan sebagainya.

3. Jelaskan bahwa its oke not to be oke, atau yang dirasakan anak adalah “normal”, artinya menyampaikan bahwa jika anak merasa sedih, marah, takut itu adalah tidak apa-apa. Cara ini membuat mereka akan dapat menyampaikan apa yang dirasakannya.

4. Ajarkan anak untuk mengelola emosinya, yakni perilaku adaptif seperti apa serta strategi yang dapat dilakukan saat emosi muncul (perasaan tidak nyaman mulai muncul), misanyalnya nafas panjang, membasuh muka, menggambar, menangis dan sebagainya. Beri waktu anak untuk melakukan hal tersebut. Hal yang perlu dipahami orang tua adalah bahwa setiap anak memiliki karakter yang berbeda, maka akan berberda pula cara anak untuk mengelola emosi.

Baca Juga: Momentum Pandemi Covid-19, Presiden Jokowi: Jadikan Indonesia sebagai Bangsa yang Kokoh dan Tahan Banting

5. Ajarkan anak untuk belajar mencari solusi / melatih kemampuan coping tress. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk mendampingi, berbicara dari hari ke hati dan menggali apa yang diinginkan anak terlebih dahulu. Misalnya keinginan anak untuk bermain bersama teman, maka orang tua dapat membantu memberikan beberapa opsi dan anak dapat memilih hal yang dilakukan dengan lebih aman pada masa pandemic ini.

6. Buat suansana rumah yang nyaman. Artinya, suasana yang nyaman, bersih, pencahayaan cukup dan suasanya menyangkan akan membantu anak dapat mengurangi potensi stress pada masa pandemic.

7. Buat anak tetap terkoneksi secara sosial. Meskipun masa pandemic bukan berarti anak tidak bisa berinteraksi dengan teman. Hal ini bisa dilakukan dengan video call dan sebagainya, namun perlu pendampingan dengan orang tua.

8. Ajak anak berkegiatan. Saat masa pandemic ini akan sangat penting membuat anak dapat beraktifitas secara produktif. Bantu anak membuat jadwal bersama, misalnya olahraga bersama, berkebun, membuat kue, memelihara serta merawat hewan dan sebagainya.

9. Buat anak tetap melakukan hobi dan atau temukan hobi baru. Meskipun masa pademik, namun tidak berarti melakukan hobi menjadi terhambat.

10. Olahraga dan makan sehat. Ajak anak berolahraga ringan meskipun di rumah, dan sediakan makan bergizi pada anak. Orang tua hendaknya ikut terlibat dalam berkegiatan ini.

Dalam melakukan hal di atas, orang tua di sarankan untuk terlibat penuh, serta diperlukan pemantauan berkala terkait dengan kondisi anak, jika anak tidak mengalami perubahan yang lebih baik, maka hendaknya orang tua segera mengajak anak berkonsultasi dengan professional.

  • SUMBER :
    - Plummer, S. 2010. Helping Children to cope with change, stress and anxiety. UK: Jessicca Kingsley publisher.
    - Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology Biopsychosocial Interaction. USA: John Wiley & Sons
    - https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-anak/stres-pada-anak/
    - file:///D:/BAB%20II%20-%20STRESS.pdf
    - http://etheses.uin-malang.ac.id/1578/6/11410033_Bab_2.pdf

oleh :
Elok Kartika Sari., M.Psi., Psikolog
Psikolog klinis RSUD Sidoarjo
Founder PG-TK Mutiara Cita Hati Sidoarjo

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU