Tikus Menyerang Lahan Jagung, Petani Tulungagung Gunakan Pewangi Pakaian

author bacasaja.id

- Pewarta

Rabu, 27 Okt 2021 19:00 WIB

Tikus Menyerang Lahan Jagung, Petani Tulungagung Gunakan Pewangi Pakaian

i

Sakur tunjukan jagung yang rusak dimakan tikus.

BACASAJA.ID - Hama tikus merusak lahan jagung di Desa Tanen dan Desa Banjarejo Kecamatan Rejotangan, Tulungagung.

Tikus-tikus ini memakan jagung yang baru berbuah, hingga menyisakan separuh buahnya.

Baca Juga: Pertaniah di Tengah Kota, Surabaya Panen 2 Ton Golden Melon, Lokasinya di Sini

Meski demikian, petani di Banjarejo takut untuk meracun tikus-tikus itu. Mereka memilih menggunakan pewangi pakaian untuk mengusir tikus. Seperti yang dilakukan oleh Sakur (54).

Pria paruh baya ini harus ke lahan jagungnya untuk menyemprot pewangi pakaian. Aroma pewangi pakaian yang kuat, membuat tikus menjauh.

Hidung tikus memang peka terhadap bau menyengat, sehingga sensornya terganggu. Sayangnya aroma pewangi pakaian ini tak bisa bertahan lama.

“Setiap hari saya bawa ke sawah. Kalau sempat disemprotkan,” ucapnya.

Disinggung penggunaan racun untuk mengandalkan tikus, Sakur mengaku takut, lantaran tikus bisa semakin mengganas dan menghabiskan jagung.

Meski sudah dikendalikan dengan pewangi pakaian, tanaman jagungnya banyak yang rusak dimakan tikus.

Tikus ini menyerang saat tanaman masih kecil, dengan memakan bakal buahnya.

“Tikusnya kok pintar, dia tahu letak bakal buahnya terus dimakan. Akhirnya rusak,” keluh Sakur.

Jagung yang terlanjur rusak dibabat untuk pakan ternak. Berbeda dengan Sakur, petani lainya dari Desa Tanen, Supangat memilih mengendalikan tikus dengan menggunakan racun.

Baca Juga: Banjir, Petani Bawang Merah di Tulungagung Merugi

Meski sudah banyak yang mati, namun intensitas serangan tikus tak berkurang.

“Serangannya masih saja ada,” jelasnya.

Akibat serangan tikus ini, banyak bonggol jagung yang rusak. Tikus hanya memakan bagian atas bonggol jagung, sedang bagian bawahnya dibiarkan begitu saja.

“Rata-rata tinggal setengahnya saja. Bagian atas habis dimakan, bagian bawahnya tidak dimakan,” ucap Supangat, sambil menunjuk buah jagung yang rusak.

Serangan tikus sudah terjadi sejak muncul jagung muda atau janten. Sama seperti Sakur, tanaman yang rusak dipotong untuk pakan ternak.

Baca Juga: Masa Pandemi, Pemkot Surabaya terus Manfaatkan Lahan BTKD untuk Perkuat Ketahanan Pangan

Sedang yang masih menyisakan setengah buahnya, dipertahankan hingga panen.

“Nanti yang setengahnya masih bisa dipanen meski sedikit. Sayang kalau dibuang semua,” ucapnya.

Selain hama tikus, awal menanam jagung sudah diserang hama bulai. Akibatnya dirinya memperkirakan panen jagung menurun drastis.

Jika biasanya lahan 200 ru (1 ru = 14 m²) mampu memperoleh 1,5 ton jagung, kini diperkirakan hanya sekitar 3 kwintal.

“Baru tahun ini ada serangan tikus. Tahun lalu tidak seperti ini,” pungkas Supangat. (JP/t.ag/RG4)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU