DPP Partai Demokrat telah membuka tirai hasil Musda Demokrat Jatim dengan menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai pemimpin, semalam (30/3).
Kabar tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pembina Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (BPOKK) DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron melalui akun WhatsApp. Lengkap beserta foto dua calon yang sebelumnya bertarung. Sekjen Demokrat Jatim Bayu Airlangga, Emil dan Sekjen DPP Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya.
Baca Juga: Demokrat Beri Rekom Mas Dhito di Pilkada Kediri 2024, Ini Alasannya
Emil Dardak bersaing dengan Sekretaris Demokrat Jatim Bayu Airlangga peraih suara mayoritas. Nama tunggal saat itu.
Kehadiran Bayu memang memberi warna tersendiri dalam bursa pencalonan Ketua DPD Partai Demokrat Jatim. Bayu juga dinilai layak menjadi ketua lantaran memiliki karakter santun dan mengayomi.
Alasan itulah yang membuat Bayu menjadi pilihan arus bawah. Catatan jejak pengabdian Bayu harusnya bisa menjadi pertimbangan DPP Partai Demokrat.
Bayu adalah sosok dengan kepribadian santun dan gemar bersilaturahmi kepada arus bawah serta memiliki jaringan yang luas. Karakter organisasi Bayu juga tak jauh beda dengan putra Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Bayu telah menjalankan fungsi sebagai Sekjen Partai Demokrat Jatim dengan baik. Anggota DPRD Jatim 2019-2024 ini juga membuka ruang diskusi dengan seluruh DPC kendati bukan di wilayah Dapil asal.
Posisi Emil sebagai wagub dan publik figur tentunya pasti akan berpikir panjang untuk apakah terus maju atau mundur dengan hormat jika gagal mengumpulkan dukungan. Sebab angkanya jauh tertinggal dari Bayu saat itu.
Mundur ke belakang. Berbagai upaya Emil masuk ke beberapa lembaga organisasi kerap tidak berhasil. Seperti menjadi Ketua Pramuka Jatim dan mungkin ada lainnya.
Emil hanya berhasil menjadi Ketua IPHI Jatim. Dia juga bukan kader asli dan sudah pernah loncat dari partai lain juga.
Namun nyatanya Emil tetap berambisi maju juga dalam pemilihan Ketua Demokrat Jatim. Kala itu pada awal-awal perjalanan, Emil belum bisa bernafas lega karena dari info yang beredar baru didukung oleh tidak sampai 5 Ketua DPC yang artinya tidak mencukupi untuk mencalonkan diri.
Berdasarkan AD/ART minimal syarat pencalonan 20% dari jumlah suara kendati pada akhirnya ada aturan baru dari DPP saat Musda berlangsung.
Setelah Emil memutuskan terjun ke bursa, ia harus berusaha keras untuk mengumpulkan suara dukungan arus bawah. Sementara Bayu, dengan sosok tenang, santun dan mengayomi semudah membalikkan telapak tangan meraih dukungan sejak awal deklarasi untuk maju bertarung.
Perjalanan Musda Demokrat Jatim beberapa waktu lalu memang berlangsung alot bahkan tertunda cukup lama. Info yang beredar mengapa Musda belum dilaksanakan karena buying times atau mengundur waktu Musda, agar Emil bisa terus bergerak untuk mencari suara untuk memenuhi syarat minimal dicalonkan sebagai ketua.
Emil bisa mencalonkan diri dengan minimal persyaratan 20% suara ini tercukupi, memang ada karena penentuan selanjutnya dari beberapa calon yang sudah memenuhi syarat akan diajukan ke Ketum DPP Partai Demokrat untuk dipilih.
Tetapi kita meyakini juga dengan adanya peristiwa pengambil alihan Partai Demokrat oleh Moeldoko itu menjadi pembelajaran AHY sebagai Ketum Demokrat yang dengan lantang menyampaikan demokrasi di negara ini.
Pada tanggal 20 Januari 2022 di Hotel Shangri-La akhirnya Musda Demokrat Jatim dilaksanakan.
Baca Juga: Meninggal di Usia 85 Tahun, Siapa Letjen TNI (Purn) TB Silalahi? Ini Profil dan Perjalanan Hidupnya
Dalam agenda tersebut, Bayu mengantongi suara dukungan mayoritas sejumlah 25 DPC dari 38 DPC Demokrat se-Jatim. Sisanya 13 DPC merupakan pendukung Emil. Namun ada perubahan mekanisme.
Tata aturan organisasi dalam Musda VI sesuai AD/ART dan petunjuk organisasi (PO) bahwa calon cukup mengantongi 20 persen suara untuk menuju tahap berikutnya yaitu fit proper test, wawancara dan rekam jejak. Mungkin posisi ini bisa saja menguntungkan dan merugikan salah satu pihak. Terbukti, Emil lolos.
Seminggu pasca Musda, Bayu dan Emil melaju pada tahapan fit and proper test yang berlangsung di Jakarta atau tepatnya 2 Februari 2022.
Tahapan fit and proper test merupakan penentu bursa pemilihan Ketua Demokrat Jatim setelah melewati serangkaian prosedur. Antara lain verifikasi faktual dukungan.
Seluruh DPC pendukung Bayu berdoa dan meyakini Musda berjalan secara demokratis.
Mereka berharap DPP Demokrat juga mendengar aspirasi dari bawah. Karena suara di daerah berkaitan erat dengan proses Pileg maupun Pilpres 2024 mendatang.
Sebuah sikap optimistis bahwa pilihan mereka secara demokratis akan diakomodir oleh AHY. Mereka juga siap mengawal dan berkumpul kembali untuk melakukan konsolidasi.
Keberhasilan Bayu meraih 25 dukungan dari 38 DPC dalam Musda Partai Demokrat Jatim sudah semestinya menjadi keputusan final.
Jika menjagokan pertarungan visi misi saja tidak cukup. Karena Parpol butuh dukungan suara.
Baca Juga: Soal Capres, Demokrat Kabupaten Probolinggo Siap Menangkan Anies Baswedan
Artinya, pemilihan itu merupakan mekanisme demokrasi. Suara terbanyak ya harus diakomodir. Jika tidak diakomodir akan berdampak kurang bagus bagi keberlangsungan roda organisasi.
Selain itu juga, kualitas kepemimpinan politik terletak pada kapasitas seseorang dalam mempengaruhi. Bayu sudah membuktikan hal itu.
Sudah lewat beberapa bulan sejak Musda Demokrat Jatim terlaksana. Kedua kubu menunggu hasil keputusan DPP. Sedangkan suhu politik di internal Demokrat Jatim kian menghangat. Termasuk di grass root.
AHY pastinya menginginkan Musda berjalan secara demokratis dan santun. Memberikan peluang bagi setiap suara untuk melabuhkan dukungan. Namun apa yang terjadi?
Dua bulan menanti hasil Musda, muncul kabar mengejutkan. Sontak arus bawah mayoritas bergolak. Azas demokrasi yang selama ini diusung oleh partai berlambang Mercy ini mulai mencair oleh keputusan yang berpotensi menimbulkan gesekan. Sementara hingga saat ini seluruh DPC pendukung Bayu Airlangga tetap solid dan setia.
Semestinya DPP Partai Demokrat bisa memberikan keputusan tepat dan tidak menambah beban bagi arus bawah untuk kembali memulai konsolidasi wilayah. Apalagi April mendatang merupakan tahapan menuju verifikasi faktual partai politik.
Demokrat Jatim butuh dukungan suara, butuh kondusifitas dan pemimpin ulung. Harusnya Emil pun sebagai seorang negarawan, anak muda yang cerdas dan visioner lebih mengerti etika berpolitik. Mestinya ia sudah sadar dengan sendirinya legawa dan menolak karena dukungan minoritas. Sehingga tidak mencederai azas demokrasi yang selama ini diagungkan oleh Partai Demokrat.
Penulis:
Kiagus Firdaus
Ketua Tunas Muda Jawa Timur
Editor : Redaksi