MALANG - DPC Taruna Merah Putih (TMP) Kota Malang menggelar kegiatan donor darah yang dilanjutkan dengan kegiatan seminar publik memperingati Bulan Bung Karno, Senin (4/7/2022). Seminar bertema ‘Komunikasi Politik Bung Karno: Pancasila dan Generasi Milenial’ diselenggarakan di Gedung DPRD Kota Malang.
Ketua DPC TMP Kota Malang Juventus Ronaldo menjelaskan, kegiatan bakti sosial ini diinisiasi sebagai upaya membentuk kepedulian dan solidaritas masyarakat Kota Malang untuk mau mendonorkan darahnya.
Baca Juga: TransJatim Hadir di Malang Raya, DPRD Jatim: Solusi Hadapi Kemacetan Kronis
“Kebetulan kita ada hubungan baik dengan PMI Kota Malang. Peserta donor, tergabung dari struktur internal partai sekitar 70 orang lalu warga umum sekitar 30 sampai 40 orang,” ungkap Juventus.
Setelah donor darah usai, kegiatan dilanjutkan dengan seminar publik. Juve menuturkan bahwa kegiatan seminar publik ini diharapkan mampu menjadi magnet tersendiri bagi generasi milenial untuk bisa memahami pemikiran-pemikiran Bung Karno secara lebih luas.
Ir. Soekarno atau Bung Karno selain sebagai Presiden pertama RI juga adalah bapak bangsa, pendiri bangsa dan peletak dasar negara Indonesia dan satu lagi yang utama pencetus pertama konsep Pancasila.
“Sebagai kader bangsa, kami ingin mengembangkan konsep yang diajarkan bapak bangsa, generasi muda harus memahami kualitas pemikiran Bung Karno pendiri bangsa dan peletak dasar negara Indonesia dan satu lagi yang utama pencetus pertama konsep Pancasila,” tegas Juve, panggilan akrab ketua DPC Taruna Merah Putih.
Menurutnya, di era digitalisasi saat ini generasi milenial dan Z dihadapkan kepada pemahaman yang bias terkait kebangsaan dan ideologi negara.
Karena itu, tambah Juve, hal tersebut harus diluruskan. Sebab Pancasila oleh Bung Karno disebut sebagai bintang penuntun kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Banyaknya pertentangan, banyak kaum muda yang belum terlalu paham dengan ideologi. Kemudian membandingkan dengan negara lain lebih bagus. Maka dari itu, ini yang kita sinergikan oleh materi, bagaimana kita memberikan penegasan bahwa Pancasila sebagai philosofische grondslag,” tegasnya.
Sementara itu, Cokro Wibowo Sumarsono Spd.MAP dalam makalahnya yang berjudul revitalisasi komunikasi politik Bung Karno mengungkapkan kita selain harus memahami kualitas pemikiran Bung Karno, generasi muda juga harus memahami segala perlakuan negatif yang diterima sang putera fajar di akhir hidupnya, terutama saat kejadian di Wisma Yaso.
Baca Juga: Reses Perdana, Ahmad Basarah Kunjungi Kantor Imigrasi Kelas I Malang
“Betapa saat itu sang proklamator bangsa diperlakukan sangat tidak layak. Perlakuan tersebut tidak melihat jasa-jasa beliau yang sangat besar untuk bangsa Indonesia. Upaya de Soekarnoisasi harus dipahami rakyat dan rakyat berhak tahu sejarah yang sebenarnya,” ujar Cokro yang budayawan Malang.
Cokro mengungkapkan pentingnya pelurusan sejarah tentang sang putera fajar. Kiprah dan pengorbanan Bung Karno dalam pembentukan negara dan dasar negara Indonesia begitu besar dan tak akan lekang oleh waktu. Pemikiran Bung Karno dalam sejarah perjalanan bangsa tidak bisa lagi ditutupi oleh upaya-upaya de Soekarnoisasi.
Merevitalisasi nilai-nilai Pancasila kata Cokro sebagai kaidah penuntun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga harus menjadi kaidah penuntun tata kelola pemerintahan, birokrasi dan pelayanan publik yang bersih, profesional, modern dan berwibawa. Salah seorang Bapak Bangsa, Bung Hatta, beberapa tahun sebelum meninggal tahun 1980, masih sempat memberi penjelasan substantif atas sila-sila Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut Bung Hatta.
“Tidak hanya dasar hormat menghormati agama masing-masing, melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.” lanjutnya.
Eko Hardiyanto sekretaris DPC PDIP Kota Malang ketika menutup seminar merasa bangga dengan hadirnya generasi muda atau melinial dalam memahami konsep dan pemikiran bung Karno. Hal itu sebagai pertanda kemajuan pemikiran.
Baca Juga: Innalillahi, Kakek di Malang Tewas Tertimbun di Sumur Sedalam 7 Meter
“Kita tinggal mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara sederhana di lingkungan wilayah kita berdomisili di kampung, partai, di tengah-tengah kita berkumpul bersama dengan masyarakat,” tutur Eko Herdiyanto.
Sehingga sosok Bung Karno tidak hanya diingat dalam memori semata, namun hasil pemikiran dan semangatnya terus hidup dan mengalir menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia, dimulai dari hal-hal kecil.
“Semoga acara dan kegiatan seperti ini terus dilaksanakan dalam meningkatkan pengetahuan generasi muda dalam memahami konsep yang digagas Bung Karno,” tegasnya. (JUV)
Editor : Redaksi