BACASAJA.ID - Gempa bumi kembali melanda sejumlah daerah di Provinsi Jawa Timur. Pada Jumat (21/5/2021) sekitar jam tujuh malam, terjadi gempa berkekuatan magnitudo 6,2 SR yang berpusat di 57 Km Tenggara Kabupaten Blitar dengan kedalaman 110 km.
Menurut BMKG, gempa tersebut tidak menyebabkan tsunami. Hanya saja, getaran gempa tersebut bisa dirasakan di 31 kabupaten/kota di Jatim. Bahkan, selanjutnya diikuti sebanyak empat kali gempa susulan berkekuatan 2,9 SR, 2,7 SR, 2,8 SR, dan 3,1 SR.
Baca juga: Wadul ke BNPB, Bupati Lumajang: Tiga Ribuan Rumah Rusak akibat Gempa
Atas kejadian tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa langsung melakukan peninjauan secara langsung sekaligus memberikan support kepada warga pada beberapa lokasi terdampak gempa di Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021).
Khofifah menegaskan, Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim terus melakukan mitigasi bencana secara kontinyu dan berkoordinasi dengan Kepala BMKG. Namun demikian, kondisi yang mitigasi bencana yang dilakukan dengan yang terjadi di lapangan tidak selalu linier.
Karenanya, lanjut Khofifah, mitigasi bencana harus dilakukan lebih komprehensif ke depan. Kewaspadaan semua pihak termasuk pembuatan konstruksi bangunan tahan gempa harus dioptimalkan utamanya di bagian selatan Pulau Jawa termasuk wilayah selatan Jatim.
Baca juga: Semen Indonesia Salurkan Bantuan kepada Korban Gempa
"Ini penting, sebab selatan Pulau Jawa ini dilalui wilayah ring of fire di mana gempa di satu titik resonansinya bisa antarpulau atau antarprovinsi," tutur Khofifah.
Lebih lanjut, disampaikan Khofifah, salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif yaitu lewat kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana sangat dibutuhkan.
Baca juga: Gubernur Khofifah Kirim Bantuan dari Jateng ke Daerah Terdampak Gempa
Dalam koordinasi Kemensos dinamakan kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB dinamakan kampung atau desa tangguh. Supaya ada kewaspadaan dan kemandirian untuk melakukan antisipasi bencana tertentu seperti banjir, gempa atau angin puting beliung.
“Ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap kampung siaga bencana atau kampung tangguh,” paparnya. (kmf)
Editor : Redaksi