SIDOARJO- Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sidoarjo, Ubaidillah Nurdin, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sidoarjo masih rentan dan berpotensi menurun pada 2025.
Dilansir laman resmi RRI, Ubaidillah menilai banyak industri tidak mampu mengikuti regulasi serta aturan kenaikan UMP setiap tahun, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang lesu.
Baca Juga: Mau Belanja Kebutuhan Lebaran? Kunjungi Saja Ramadhan Kreatif Fest 2025 di Kota Lama Surabaya
Ubaidillah menyampaikan hal tersebut saat acara bakti sosial Kadin dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) bersama sejumlah yayasan panti asuhan di Pendopo Bupati Sidoarjo, Rabu (19/3/2025).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sidoarjo pada 2024 mencapai 5,54 persen, dengan sektor industri pengolahan sebagai penyumbang terbesar, yakni 48,57 persen. Meskipun angka tersebut menunjukkan kenaikan, ia menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia berdampak signifikan pada beberapa sektor penyokong ekonomi daerah.
Data dari BPS mencatat, selain industri pengolahan, pertumbuhan ekonomi Sidoarjo juga ditopang oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (15,98 persen), transportasi dan pergudangan (13,81 persen), konstruksi (6,80 persen), serta penyediaan akomodasi dan makan minum (3,60 persen). Secara keseluruhan, kelima sektor tersebut menyumbang 88,76 persen terhadap perekonomian Kabupaten Sidoarjo.
Baca Juga: Luar Biasa! Raffi Ahmad Terpilih Jadi Waketum Kadin Periode 2024–2029
Ubaidillah menekankan bahwa perekonomian Indonesia saat ini sedang tidak stabil, dan hal ini berdampak langsung pada daerah. Ia mengingatkan bahwa lima sektor utama penyokong ekonomi Sidoarjo bisa melemah atau bahkan hilang jika tidak mampu menyesuaikan diri dengan regulasi, kenaikan harga, serta kenaikan UMP tahunan.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mencari alternatif strategi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi daerah.
"Kita harus berkreasi dan berinovasi untuk meningkatkan ekonomi di Sidoarjo. Kita tidak perlu terus menjadi daerah penyangga Surabaya. Kemandirian ekonomi harus diwujudkan, misalnya dengan mengembangkan sektor pariwisata dan pendidikan. Selain itu, pendapatan dari bea cukai dan tembakau juga bisa dioptimalkan, mengingat jumlah pabrik rokok di Sidoarjo cukup banyak," ujar Ubaidillah.
Baca Juga: FGD Bersama KADIN Bahas Kenaikan CHT, Pj Gubernur Jatim: Pemprov Hanya Dapat Rp700 M
Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa kondisi ekonomi global yang menantang justru dapat mendorong semua pihak untuk berinovasi dalam pengembangan ekonomi daerah. Ia yakin Sidoarjo mampu lepas dari stigma sebagai daerah penyangga Surabaya dengan memanfaatkan potensi ekonominya secara maksimal.
"Jadi, bukan hanya pajak yang harus digenjot sebagai sumber pendapatan. Industri penopang juga harus diperkuat. Kami berharap ada sinergi yang lebih kuat antara pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam menghadapi kondisi ekonomi yang diprediksi lesu pada 2025," pungkasnya. (*)
Editor : Redaksi