BACASAJA.ID - Banyaknya pasien Covid-19 yang membutuhkan donor plasma konvalesen di Surabaya membuat banyak pihak tak bertanggung jawab memanfaatkan keadaan ini untuk menipu.
Terkait hal ini, Kepala Satgas Gakkum Operasi Aman Nusa II Polrestabes Surabaya AKBP Oki Ahadian menegaskan, pihaknya bakal menggelar pengawasan ketat supaya hal semacam itu tidak terjadi penipuan di kota pahlawan selama pandemi COVID-19.
Baca Juga: Ketua DPRD Surabaya Ajak Ketum Kadin Kota Pahlawan Donor Plasma Konvalesen
"Kami yang tergabung dalam Satgas Gakkum Operasi Aman Nusa II akan memonitoring hal tersebut," tegas OKi Ahadian, dikutip Kamis (29/7/2021).
AKBP Oki Ahadian yang juga menjabat sebagai Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya ini menyebut, Satgas Gakkum yang dipimpinnya pun fokus dalam upaya penegakan hukum soal tindak pidana yang berhubungan dengan penanggulangan COVID-19 di Surabaya.
Di samping itu, Oki berpesan kepada warga Surabaya yang menemukan pelanggaran hukum atau penipuan donor plasma konvalesen, supaya bergegas melapor ke Satgas Gakkum.
"Silakan, kalau ada yang jadi korban, laporkan. Kita proses," tegasnya lagi.
Penegasan Kasatgas Gakkum Operasi Aman Nusa II itu diungkapkan menyusul adanya kabar dari PMI Jatim yang mendapat laporan penipuan dari Sidoarjo.
Pasien yang membutuhkan donor plasma konvalesen diminta untuk transfer sejumlah uang. Tapi, usai uang berpindah tangan, pendonornya tak kunjung menampakkan diri.
Sekretaris PMI Jatim Edi Purwinarto lantas mengimbau kepada masyarakat yang memerlukan donor plasma konvalesen, agar langsung menghubungi UDD PMI. Tidak disarankan untuk berhubungan langsung dengan calon pendonor.
"Mohon maaf, belakangan ini ada info hal ini jadi ajang bisnis. Ini menyimpang dari misi kemanusiaan. Ada laporan yang kita terima, terjadi penipuan, sudah ditransfer terus kemudian pendonor tidak ada," ungkap Edi di UDD PMI Surabaya, Rabu (28/7/2021).
Baca Juga: Ketua DPRD Surabaya Sembuh dari COVID-19, Adi Sutarwijono: Siap Donor Plasma Konvalesen
"Itu laporan dari Sidoarjo. Sementara Sidoarjo, ini kan yang diketahui yang terungkap. Calo juga termasuk," tambahnya.
Edi menyebut penipuan itu memanfaatkan media sosial. Memang, di media sosial banyak bertebaran permintaan donor konvalesen.
"Sekarang kan banyak di sosmed, bagi yang membutuhkan darah supaya menghubungi pendonor namanya ini. Lah ini oleh pihak tidak bertanggung jawab dimanfaatkan menjadi modus penipuan," jelasnya. (jem/rg4)
Editor : Redaksi