BACASAJA.ID - Suyono (45) warga Desa Bendosari, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, membiarkan tanaman cabainya mengering. Hal itu dilakukan lantaran murahnya harga cabai.
Meski hasil panennya berlimpah, namun tak mampu menutup biaya tanam dan petik cabenya. Harga cabai yang normalnya sekitar 10-30 ribu perkilo, kini tinggal 4 ribu perkilo.
Baca Juga: Emak-emak Bisa Menjerit! Harga Cabai Rawit di Jawa Timur Tembus Rp200.000 per Kilogram
“Buat biaya petik dan sarapan saja habis itu,” ujar Suyono, Rabu (25/8/21) pagi saat ditemui di rumahnya.
Menurut Suyono, kondisi ini sudah terjadi sejak pandemi covid-19. Sejak terjadi pandemi, banyak warung yang mengurangi penggunaan cabenya.
Sehingga, kebutuhan cabe berkurang, sementara produksi cabe tetap tinggi. Hal ini mengakibatkan harga cabe menjadi rendah.
Baca Juga: Harga Cabai Cukup Tembus Rp90.000 per Kg di Pasar Surabaya
“Warung banyak yang tidak beroperasi, sehingga enggak pakai cabe,” jelasnya.
Dirinya juga keluhkan sejak terjadi pandemi, dirinya belum tersentuh bantuan dari pemerintah. Di lahan setengah hektar miliknya ini seluruhnya ditanami cabe jenis tampar dan godo.
Karena tak cukup untuk menutup biaya tanam, Suyono memilih membiarkan tak memetik cabenya dan membiarkan mengering di pohon.
Baca Juga: Harga Meroket, Pemkot Surabaya Manfaatkan Lahan BTKD untuk Tanam Cabai
Dirinya baru akan memetiknya jika ada pesanan. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tak mungkin dirinya bakal beralih ke tanaman lain yang lebih laku di pasar.
“Ya kemungkinan diganti tanaman lain,” pungkasnya. (t.ag/JP/rg4)
Editor : Redaksi