BACASAJA.ID - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan, bahwa pembuatan Vaksin Nusantara (Vaknus) tidak sesuai protap dalam pembuatan vaksin pada umumnya. Maka, Vaknus tidak bisa lanjut ke tahap uji klinis II.
Guru Besar Biologi Molekuler Unair Prof. Chairul Anwar Nidom, meminta untuk membedakan konsep vaksin. Vaksin yang disuntikan seperti Pfizer dan Sinovac itu disebut vaksin konvensional. Sedangkan vaksin nusantara sebagai vaksin non konvensional.
Baca juga: Jadi Polemik Dunia, Vaksin COVID-19 AstraZeneca sudah Tidak Beredar di Indonesia
“Perbedaannya vaksin konvensional ada bahan virus yang disuntikkan ke badan seseorang. Yang kita sebut sebagai antigen. Kemudian antigen akan berkembang dan mencari sel-sel yang akan memproduksi anti bodi. Mungkin Antigen akan berkembang secara liar. Sampai ketemu dengan sel dendritik ini. Oleh sebab itu vaksin konvensional dibutuhkan waktu 14 hari untuk membentuk anti body. Sebab selama itu antigen masih mencari sel yang memproduksi antibody,” terang Prof Nidom sapaan akrabnya, Minggu (18/4/2021).
Sedangkan vaksin non konvensional sel dendritic, kata Prof. Nidom sudah berhasil digunakan untuk sel kanker. Jadi seseorang yang menderita kanker diambil sel dendritiknya. Kemudian dicopy suatu protein. Lalu antigen kanker itu kemudian disuntikan pada orang itu lagi.
Nanti di dalam tubuh orang itu akan keluar anti bodiatau sel bahan penyerang untuk menyerang kanker tadi. Sehingga lama kelamaan kanker itu akan mengecil. Itu sudah sukses, walaupun cost-nya masih mahal.
“Nah vaknus mengganti sel anti kanker tadi dengan mengambil antigen dari covid. Hanya itu teknologinya. Sehingga dengan teknologi itu memperpendek persiapan vaksin sampai disuntik. Kalau vaksin konvensional bisa berbulan-bulan menyiapkan. Sampai bahkan bertahun-tahun. Kalau ini cuma 8 hari,” jelas Prof. Nidom, yang sekaligus Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Covid – 19.
Baca juga: Ratusan Keluarga Nelayan Menerima Vaksinasi Covid-19
Kemudian Vaknus pada tahap uji klinis sama dengan vaksin konvensional. Hanya ada sedikit perbedaan. Seperti tidak menggunakan hewan. Pada mekanisme Vaknus, pasien akan diambil darahnya kira-kira 50 CC. Kemudian dieramkan dan ditumbuhkan selama 5 hari.
Setelah 5 hari dipilah, sel yang tua dan belum matang dipinggirkan. Sedangkan yang remaja diambil, kemudian sel remaja akan dipaparkan oleh antigen covid. Selama 24-36 jam. Setelah diinkubasi oleh antigen covid, kemudian dibersihkan.
“Sisa antigen covid dihilangkan hinggga dendritik yang sudah terpapar tadi mengandung memori terhadap antigen yang dipapar tadi. Sehingga ketika disuntikan kembali ke pasien di hari ke 7 atau 8 dendritik bisa kembali menghasilkan anti body. Simpelnya begini. Pabrik pembuatan anti body tersebut sudah diaktifkan,” ungkapnya.
Baca juga: Hati-hati, Belum Divaksin Lebih Beresiko Terpapar Covid-19
Sedangkan mekanisme vaksin konvensional adalah saat disuntikan, bahan itu masih mencari sel. Oleh karena itu kenapa vaksin konvensional data antibodi yang terbentuk itu bervariasi.
“Hal ini bergantung bagaimana vaksin konvensional menelusuri dendritik di dalam tubuh. Untuk menguji anti bodi menunggu 14 hari,” pungkasnya. (byta).
Editor : Redaksi