BACASAJA.ID -Karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan, tiga orang bersaudara asal Kelurahan Pekelingan, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik ini memilih tidak menikah hingga lanjut usia (Lansia).
Ketiga saudara itu yakni Waras (71), Hamim (59) dan Khodijah (52). Waras anak tertua dalam kondisi buta sejak kecil sehingga membuatnya tetap berada di rumah.
Baca juga: Pria Sidoarjo Ditemukan Tewas Membusuk di Kamar Kos Driyorejo Gresik
Kemudian adiknya Hamim memiliki penyakit katarak yang dideritanya sejak lama. Terakhir adik ketiganya bernama Khodijah juga mengalami penyakit yang sama, yakni katarak mata.
Dengan kondisi seperti itu, ketiga bersaudara itu sepakat untuk tinggal bersama dalam satu rumah warisan orang tua. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Waras bersama saudaranya hanya mengharap belas kasihan dari warga dan tetangga yang memberi bantuan.
Tidak hanya kebutuhan untuk sehari-hari, masalah penerangan rumah yang berukuran 2x8 itu diberikan secara gratis oleh tetangga yang merasa iba dengan tiga saudara ini.
Hamim menyebut untuk kebutuhan setiap hari dan listrik yang menerangi rumahnya itu didapatkan dari bantuan tetangga meski hanya menerangi satu ruangan yang ada di dalam rumah.
“Kebutuhan hidup setiap hari dapat bantuan dari warga dan tetangga, juga listriknya dibantu tetangga. Kadang kita merasa malu karena merepotkan tetangga terus menerus. Tapi Alhamdulillah bersyukur dan berterimakasih kepada warga dan tetangga," kata Hamim, Selasa (11/5/2021).
Hamim kemudian menceritakan dulu pernah bekerja sebagai pembuat songkok di sekitar wilayah rumahnya. Tapi kemudian berhenti bekerja karena kondisi kesehatan sehingga harus meninggalkan pekerjaannya.
Baca juga: Bunuh Diri dengan Loncat dari Lantai 30 Icon Apartement Gresik, ART ini Tulis Pesan Sedih ke Mamanya
“Saya sempat bekerja ikut orang membuat songkok. Karena kondisi kesehatan jadi berhenti kerja. Karena katarak mata, jadi pengelihatan terganggu,” ujarnya.
Kemudian, Hamim melanjutkan keluarganya tidak mendapatkan bantuan sama sekali oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bantuan yang diterimanya dari pemerintah hanyalah bantuan Covid-19, yang kini program itu sudah dihentikan.
“Kami hanya menerima bantuan dari warga yang kasihan. Bantuan dari pemerintah pusat dan daerah tidak pernah dapat. Yang saya ingat hanya bantuan untuk Covid-19 kemarin itu, selian itu tidak ada bantuan lagi,” jelasnya.
Cerita yang sama diungkapkan Khodijah yang mengaku beberapa tahun lalu pernah bekerja sebagai penjahit. Lantaran masalah yang sama yakni penglihatan yang terganggu akibat katarak akhirnya berhenti bekerja sebagai penjahit pakaian.
Baca juga: Gerak Cepat! Bupati Gresik Gus Yani Berhasil Bentuk Koperasi Merah Putih di 223 Desa
“Saya sempat jadi tukang jahit pakaian dulu. Kemudian kena katarak ini jadi berhenti kerja. Dan Kakak tertua memang tidak bisa apa-apa karena masalah pengelihatan (tidak bisa melihat) sejak kecil,” ungkap Khodijah.
Menanggapi adanya warga yang tidak mampu itu, Kepala Dinas Sosial Gresik Sentot Supriyohadi mengatakan akan segera membuat solusi termasuk melakukan pendataan. Tapi pendataan tidak bisa langsung mendapatkan bantuan, namun masih menunggu persetujuan dari pusat.
“Kita akan mengakomodir dulu dari kelurahan, kemudian nanti kita usulkan agar dapat bantuan dari program keluarga harapan atau PKH. Tapi tidak bisa langsung, harus menunggu persetujuan pusat,” ucap Sentot. (TBK)
Editor : Redaksi