BACASAJA.ID - Satu warga binaan Lapas Klass IIB Tulungagung positif DBD. Mencegah penularan di lapas yang over kapasitas itu, Dinas Kesehatan Tulungagung langsung melakukan pengasapan.
Kepala Lapas Tulungagung melalui Kasi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja Lapas Tulungagung, Imam Fahmi jelaskan warga binaan ini diketahui positif DBD sekitar seminggu lalu.
Baca juga: Cegah Kasus Cikungunya dan DBD, Ini yang Dilakukan Dinkes Kota Surabaya
Lalu pihaknya menghubungi Dinas Kesehatan setempat pada Senin (14/2/22) kemarin guna meminta pengasapan (fogging). Pengasapan dilakukan di area kantor hingga blok hunian warga binaan.
"Selain fogging kita melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur)," jelas Imam Fahmi, Selasa (15/2/22).
Fogging dilakukan di area kantor hingga blok hunian warga binaan. Di lapas ini ada sekitar 694 orang, melabihi kapasitasnya yang hanya 250 orang.
Warga binaan yang positif DBD berasal dari blok B dengan kasus minuman keras.
"Antisipasi sebenarnya sudah kita lakukan sejak awal-awal musim hujan," lanjutnya.
Warga binaan sudah diminta rutin menguras kamar mandi, menutup tempat air dan mengubur sampah yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk aedes aegypti.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung melalui Kabid P2P, Didik Eka katakan sejak musim penghujan sudah mulai pada akhir Desember 2021 lalu. Musim penghujan merupakan musim ideal bagi nyamuk penyebar DBD.
"Ditunjukan pada Januari kita ada 57 kasus dengan 1 kasus meninggal, pertengahan Februari ada 36 kasus dengan 1 kasus meninggal," jelas Didik.
Menurut Didik dibanding tahun lalu memang ada peningkatan, namun tidak terlalu signifikan. Sosialisasi terus dilakukan, baik melalui media sosial, sedang atau secara tatap muka.
Baca juga: Surabaya Tingkatkan Kewaspadaan DBD, Pjs Wali Kota Imbau Masyarakat Aktif PSN 3M Plus
"Bahwa di pandemi covid-19 ini kita juga diintai dengan DBD," jelasnya.
Menurut Didik, jika ada gejala demam tinggi mendadak. Lalu disertai mual, lesu, dan muntah, bisa dicurigai sebagai gejala DB.
Seyogyanya pihak keluarga segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan, agar bisa diketahui penyebab sakitnya.
Disinggung usia rentan DB, Didik katakan tak ada batasan usia. Semua usia bisa tertular DB. DB tak bisa ditangkal dengan pemberian vaksin atau pemberian kekebalan.
Usia anak-anak lebih beresiko lantaran aktifitasnya sering di rumah.
Nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada pagi dan sore hari. Pada jam tersebut anak-anak lebih banyak berada di rumah.
Siklus nyamuk ini biasanya banyak saat musim penghujan. Nyamuk belang ini biasa bertelur pada genangan air. Dari telur hingga dewasa, hanya membutuhkan waktu 10 hari.
Baca juga: Kemenkes: Waspada DBD di Musim Kemarau
“Meminimalisir dengan cara mengurangi populasi, terapkan 3M setidaknya seminggu sekali,” kata Didik.
Penyebaran DB biasanya terjadi di lingkungan padat, seperti wilayah Kecamatan Tulungagung, Boyolangu, dan Kedungwaru.
Namun semua itu kembali pada pola hidup warga. Jika pola hidup dan lingkungannya kotor, maka akan mudah terjadi penyebaran.
“Tapi tidak menutup juga aktifitas perjalanan,” katanya.
Bisa saja seseorang tergigit di luar kota lalu pulang dan menularkan pada lainya melalui gigitan nyamuk. (JP/t.ag/RG4)
Editor : Redaksi