SURABAYA- Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah, menyoroti kekurangan petahan Khofifah Indar Parawansa Cagub nomor urut 2 usai beradu argumen dalam debat perdana Pilgub Jatim 2024, Jumat (18/10/2024) di Graha Unesa, Surabaya.
“Yang kurang dari petahana ya soal komitmennya bener-bener mengadress isu terkait dengan kesenjangan, disparitas baik itu kesenjangan, kesejahteraan,” ujar Luluk dilansir Suara Surabaya.
Baca Juga: Risma-Gus Hans Janji Gaji Naik Buat Aparat Birokrasi yang Berprestasi
Menurut kader PKB itu, kesenjangan dalam pemerintahan Khofifah juga terjadi di sektor infrastuktur Jatim. Kata Luluk, kondisi ini membuat permasalahan menjadi kompleks.
“Kemudian kesenjangan dari sisi infrastruktur yang parah padahal ini berkaitan, di situ juga kemiskinan di situ juga ada kasus stunting tinggi, di situ juga ada pengangguran jadi semua terkoneksi,” ungkapnya.
Luluk kemudian menyoroti kesenjangan di Madura yang juga ia tanyakan kepada dua paslon saat debat berlangsung.
“Lha yang menarik itu di madura, kenapa gini ratio-nya (alat mengukur tingkat ketimpangan) itu tidak tinggi? Karena memang perbandingannya semuanya sama-sama miskin. Sehingga kemudian tidak tinggi,” tuturnya.
Kondisi serupa seperti di Madura itu, menurut Luluk juga dialami beberapa daerah di wilayah Tapal Kuda seperti Jember, Probolinggo, Lumajang, hingga Bondowoso.
Baca Juga: Luluk Janjikan Advokasi Perlindungan Nelayan Jawa Timur di Debat Kedua Pilgub
Berdasarkan data BPS per Maret 2024 menunjukkan, angka kemiskinan Provinsi Jatim menempati urutan ketiga di Pulau Jawa dengan persentase 9,79 persen.
“Kemudian di daerah Tapal Kuda, di daerah daerah Lingkar Selatan maka kelihatan sekali hampir satu levelnya. Itu sangat tajam perbedaannya, jadi yang kaya semakin kaya yang miskin semakin terpuruk, itu kondisi di Jawa Timur,” tuturnya.
Maka Luluk menegaskan, menjadi sosok pemimpin harus jujur dalam melihat problem sosial yang dialami masyarakat. Sebab kejujuran itu, kata dia, menjadi modal untuk mencari solusi.
Baca Juga: Risma-Gus Hans Janjikan Birokrasi ‘Resik’ untuk Pelayanan Publik saat Debat Kedua Pilgub Jatim
“Menurut saya itu penting untuk sikap kejujuran ya, jadi harus jujur melihat problem harus jujur, apa yang tidak dilakukan. Jadi kalau itu yang kemudian kita lihat, maka sebenarnya nggak mungkin ada jumlah warga miskin tertinggi di Indonesia itu malah Jawa Timur. Hampir sekitar 3,9 juta lebih kurang seperti itu,” katanya.
Termasuk soal kemiskinan ekstrem yang turun 3,74 persen menjadi 0,66 persen dalam kurun 2020-2024, Luluk menuturkan, kondisi itu belum sepenuhnya terlepas dari lingkaran kemiskinan.
“Nah itu itu yang kita bilang, kemiskinan ekstrem memang diturunkan tapi tetap aja ring nya itu di miskin gitu loh. jadi tidak berubah tetap di lingkar miskin lalu yang paling bawah itu dikurangin tapi tetap dia di dalam sana,” ucap Luluk. ***
Editor : Redaksi