BACASAJA.ID - Kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) swasta di kawasan Kedung Anyar, Surabaya, berinisial AR, diduga lebih dari satu korban.
Dugaan tersebut diungkapkan oleh ARF (19), warga Jalan Babadan Rukun. Menurut penuturan ARF, di samping dirinya yang jadi korban pencabulan AR, ada juga kakak kelas hingga alumni sekolah yang mengalami nasib serupa dirinya.
Baca Juga: Diduga Cabuli Anak Tiri, Polda Jatim Tangkap Mantan Ketua Ormas di Surabaya
"Ada banyak teman-teman saya yang mengalami pencabulan yang sama," beber ARF, Kamis (04/3/2021).
Perilaku sang kepala sekolah, sambung ARF, diketahui dari cerita AR sendiri ketika dirinya diajak ke ruangannya.
Saat itu, AR menceritakan kepada ARF, bila dirinya pernah berbuat cabul dengan siapa saja. Bahkan alumni SMK juga pernah.
Lantas, AR juga menunjukkan bukti foto yang disimpan di ponselnya. Foto itu menampilkan salah satu kakak kelasnya melalui HP yang tengah duduk di selangkangan AR dengan kondisi baju terbuka.
"Bahkan ada kakak kelas saya semua urusan sekolah dibayari oleh kepala sekolah," beber ARF.
Lalu, apa modus yang dilakukan AR, sehingga kebanyakan siswi mau dicabulinya?
ARF mengaku dengan mengajak jalan-jalan ke mal dan dibelikan makanan serta diberi potongan pembayaran uang SPP oleh kepala sekolah tersebut.
Untuk ARF sendiri, dia pernah diajak jalan-jalan sama teman-temannya ke mal dan dibelikan makanan. Bahkan, setelah kejadian pencabulan di ruang kepala sekolah, ia langsung diajak ke mal dan dibelikan boneka oleh AR.
"Kepala sekolah itu juga menjanjikan membantu biaya potongan uang pembayaran SPP sekolah dengan menggunakan uang pribadinya. Tapi sampai sekarang tidak pernah ada," tutur ARF.
Untuk yang di mal, ARF diajak jalan-jalan dan dibelikan boneka, headset, tas, topi, dan makanan.
Baca Juga: Kasus Pencabulan di Rumah Penampungan Surabaya, Tersangka Berubah Sikap Sejak Istrinya Minta Cerai
ARF mengungkapkan, untuk boneka memang sudah bercerita kepada AR. Namun, itu hanya terlintas di benaknya dan dianggap bercanda. Sebab, ARF mengaku harga boneka mahal. Selain itu, mana mungkin seorang kepala sekolah mau membelikan dan gajinya berapa kok sampai membelikan boneka.
"Ternyata saya akhirnya dibelikan boneka, sama kepala sekolah," tutur ARF.
Setelah kejadian pencabulan dan diajak jalan-jalan ke mal serta dibelikan boneka, ARF mengaku trauma dan tidak mau ke sekolah dan bertemu dengan AR lagi.
"Saya takut melihat wajah kepala sekolah. Saya tidak pernah balas chat, telepon kepala sekolah itu," tutur ARF.
Selain itu, ARF mengaku trauma dan teringat kejadian pencabulan yang dilakukan AR terhadapnya. Korban mengaku, hanya digerayangi dan bajunya dilepas dari atas sampai perut.
"Pada waktu terjadi pencabulan, saya mau berontak tidak bisa karena tubuhnya ditindih kepala sekolah. Sedangkan pintu dan jendela semuanya dikunci," tandas ARF.
Baca Juga: Bermodus Obati Kanker Payudara, Dosen UNEJ Ini Cabuli Gadis 16 Tahun
Karena tidak pernah ke sekolah, membuat AR takut rahasianya bocor lantaran ARF buka suara ke publik. Akhirnya AR mendatangi rumahnya di Babadan Rukun. Hingga akhirnya pemberitaan pencabulan ini berujung laporan ke polisi dan mencuat ke media.
"Kepala sekolah tidak pernah mengancam, namun hanya bilang jangan bilang ke siapa-siapa, termasuk guru atas kejadian pencabulan," tutur ARF.
Sementara itu, Kasatreskrim Polresabes Surabaya AKBP Oki Ahadian mengatakan, saat ini polisi masih memeriksa korban terkait pencabulan yang dilakukan oknum kepala sekolah swasta.
"Kami juga melakukan visum korban dan memeriksa korban," kata Oki.
Apakah ada korban lain selain ARF? Oki mempersilahkan kepada korban lain untuk melapor ke polisi.
"Jika ada korban lain silahkan melapor," pungkas Oki. (Jem/rg4)
Editor : Redaksi