BACASAJA.ID – Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Tulungagung mencatat jumlah kerugian akibat gempa Malang pada Sabtu (10/4/21) lalu di Tulungagung mencapai Rp 700 juta. Kerugian itu berasal dari bangunan rusak, mulai dari rumah, sekolah, pasar dan tempat ibadah.
Kepala BPBD Tulungagung Soeroto menuturkan sebagian bangunan rusak itu menjadi tanggungan BPBD dan dinas yang menaunginya. Pihaknya hanya membantu material pada rumah dan tempat ibadah yang rusak. “Kita hanya membantu pada masyarakat saja dan mushola, itupun sifatnya hanya bantuan,” terangnya, Selasa (13/4/2021).
Baca Juga: Wabup Trenggalek Ikut Gotong Royong Bantu Warga Terdampak Gempa
Bantuan yang diberikan berupa genteng dan asbes. Bantuan itu akan mulai didistribusikan paling lambat Rabu (14/4/21) besok. Asbes dan genteng berupa bantuan darurat. “Anggaranya lebih kurang 187 jutaan, untuk 57 rumah dengan klasifikasi ringan, 16 sedang dan 2 yang berat,” jelasnya.
Untuk rumah yang temboknya roboh, akan diberikan bantuan pasca penanganan darurat bencana ini. Rumah dengan tembok roboh masuk dalam penanganan pasca bencana. Untuk pasca bencana di anggaranya ada sekitar 29 juta untuk pembelian bata dan semen.
Untuk alur pemberian bantuan, akan diserahkan pada Desa untuk selanjutnya didistribusikan ke warga yang terdampak, sesuai nama dan alamat.
Baca Juga: Pasca Gempa Malang, Khofifah Ingatkan Ancaman Bencana Lain di Jatim
Disinggung anggaran BTT (Biaya tak Terduga) yang dikatakan habis, Soeroto tuturkan sudah mengajukan ke Bupatilo dan hari ini sudah bisa dicairkan dan digunakan.
“Kalau dari BNPB (Badan Nasional Penanganan Bencana) waktunya terlalu lama, nanti cuma genteng dan asbes satu bulan nunggunya,” katanya.
Selain dari BPBD, perbaikan rumah warga yang rusak bisa diambilkan dari anggaran Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim).
Baca Juga: 10 Fasilitas Pemerintah & 40 Rumah Warga Trenggalek Rusak Akibat Gempa
Sebelumnya gempa Malang mengguncang wilayah Jawa Timur dengan kekuatan 6,7 skala richter. Pusat gempa berada di laut selatan dengan kedalaman 25 kilometer.
Pusat gempa merupakan wilayah aktif. Dari catatan BMKG, di wilayah ini pernah terjadi gempa yang merusak pada tahun 1893, 1939, 1962, 1963 dan tahun 1973. (Noyo/JP).
Editor : Redaksi