Pencinta Sejarah: Kota Tua Surabaya Butuh Pengelolaan Tepat

author bacasaja.id

- Pewarta

Minggu, 18 Apr 2021 17:00 WIB

Pencinta Sejarah: Kota Tua Surabaya Butuh Pengelolaan Tepat

i

Gedung Siola di Jalan Tunjungan, salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surabaya, Jawa Timur.

BACASAJA.ID –Pada Oktober 2021 mendatang, Pemkot Surabaya bakal menjadi tuan rumah dari event Jalur Rempah yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kapal Dewa Ruci yang mulai berlayar ke-18 kota juga akan singgah ke Kota Surabaya.

Kota Surabaya yang menjadi salah satu tuan rumah, dinilai memiliki sejarah yang cukup besar dengan perdagangan jalur rempahnya. Nantinya para peserta yang menumpangi Dewa Ruci akan diajak berkililing Kota Surabaya untuk menikmati wisata heritage yang ada di Kota Surabaya.

Baca Juga: Reco Pentung Buntung di Tulungagung, Ini Tanggapan Disbudpar

Menurut Koordinator Forum Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo, Kota Surabaya berpotensi menjadi kota wisata tua. Sebab banyak warisan dari leluhur yang masih bisa dinikmati.

“Sebut saja di bidang kesenian. Surabaya memiliki kesenian khas ludruk. Bahkan prosesi manten juga memiliki ciri khas. Manten pegon namanya. Sedangkan di bidang makanan Surabaya juga memiliki makanan khas sendiri. Seperti semanggi Surabaya,” terang Kuncarsono, Minggu (18/4/2021).

Namun potensi ini tampaknya masih belum bisa digali secara maksimal. Untuk wisata kota tua sendiri, Kota Surabaya memiliki tiga klaster, yakni kota tua Asia, Eropa dan Kebangsaan.

Kota tua Asia berada di kawasan religi Sunan Ampel sampai Kya-Kya. Sedangkan untuk bangunan bergaya Eropa bisa dinikmati setelah Jembatan Merah Surabaya. Serta kota tua kebangsaan terletak di Peneleh. Tempat di mana menjadi saksi pergerakan kemerdekaan.“Potensi wisata ini bisa melebihi kota tua Jakarta,” katanya.

lanjut Kuncar, seharusnya Pemkot Surabaya memperhatikan undang-undang yang berkaitan dengan cagar budaya. Sebab cagar budaya tidak hanya menjadi objek penyelamatan. Melainkan sudah merambah kepada objek pemanfaatan.

Baca Juga: Pemugaran Candi Mirigambar Capai 80 Persen, Ditargetkan Selesai Bulan November

Oleh sebab itu, sudah waktunya pemkot memiliki badan khusus untuk mengelola heritage di Kota Surabaya. Kuncar mencontohkan seperti di Jakarta. Di sana badan pengelolanya berbentuk perseroan terbatas (PT). Pun candi Borobudur. Badan pengelolanya berbentuk PT. Sedangkan Surabaya tertinggal jauh terkait itu.

“Seharusnya heritage tidak lagi jatuh pada kajian akademis saja. tapi bisa menguntungkan kota,” terangnya.

Kuncar juga menjelaskan, bahwa pengelola di Surabaya bisa berbentuk apapun, asalkan di dalamnya ada komponen yang bisa bersinergi. Mulai dari sejarahwan, akademisi sampai ekonom.

Sementara itu Direktur Surabaya Harritage Society Freddy H. Istanto mengatakan Pemkot Surabaya selama ini tidak memperhatikan heritage yang ada di Surabaya. Banyak cagar budaya yang mendadak beganti fungsinya. Bahkan tidak sedikit yang dirubah bentuk aslinya.

Baca Juga: Separuh Lahan Cagar Budaya Tulungagung belum Kantongi Sertifikat Hak Pakai

Selain itu, selama ini bangunan tua aset pemkot juga jarang diremajakan. Alhasil banyak yang rusak. Freddy juga mendorong agar pemkot segera membentuk pengelolaan heritage, yang berisikan orang yang ahli dalam bidangnya. Sehingga bisa dimanfaatkan dan dikembangkan lebih baik lagi.

“Pemkot memperbaiki sendiri. tapi tidak profesional. Bahkan tidak jarang begitu direvitalisasi bentuknya jadi aneh,” ungkapnya.

Sedangkan Kabid Gedung DPRKPCKTR Iman Christian mengatakan pada tahun ini pemkot menganggarkan Rp 10 Miliar untuk perbaikan gedung heritage. Peremajaan akan dilakukan sesuai kebutuhan dan kerusakan yang ada. “Sampai saat ini ada 8 gedung yang menjadi target peremajaan,” katanya. (byta)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU