BACASAJA.ID- Pasar Senggol, sebuah pasar desa yang menjual kuliner tradisional di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru ditutup selama PPKM darurat.
Pasar desa yang buka pada hari Minggu pagi itu nampak sepi, hanya ada 2 pedagang yang berjualan. Padahal biasanya setiap hari Minggu pasar ini ada sekitar 300 an pedagang makanan dan dikunjungi ribuan orang.
Sekretaris BUMDES Majumapan yang menaungi pasar Senggol, Eli Dwi Astuti mengatakan rencana penutupan pasar Senggol sudah dibahas sejak Minggu (4/7/21) lalu selepas pemberlakuan PPKM darurat di Tulungagung.
Sebelum rencana penutupan ini, pihaknya mendapat telepon dari seseorang yang mengatasnamakan Pemkab Tulungagung.
Dalam telepon itu, dirinya diminta untuk melakukan penutupan sementara aktifitas jual beli di Pasar Senggol.
“Saya juga ditelpon beberapa orang dari Kabupaten, Bu Eli sebaiknya ditutup dulu,” ujar Eli, Minggu (11/7/21).
Pihaknya sudah mensosialisasikan penutupan ini kepada seluruh pedagang.
Biasanya pasar ini dikunjungi oleh ribuan pengunjung tiap hari Minggu. Pada awal penerapan PPKM darurat pada Minggu lalu, jumlah kunjungan ke Pasar Senggol sudah turun, meski tak terlalu banyak.
Jumlah pengunjung bisa dilihat dari retribusi parkir yang masuk ke Bumdes Majumapan.
“Biasanya sehari itu 6 jutaan, tapi pada Minggu lalu cuma sekitar 4 juta,” kata Eli.
Sebenarnya awal PPKM darurat, pihaknya sudah mengambil langkah mengurangi kerumunan. Pedagang diminta untuk melayani take way dan jumlah meja dikurangi hingga setengahnya.
Eli mengatakan secara umum kondisi pasar Senggol cukup kondusif. Selepas diminta tutup, pihaknya langsung mensosialisasikan pada pedagang.
Pihaknya menjamin sudah tak ada penjual yang menjual di dalam lokasi pasar. Namun masih ada beberapa pedagang yang berdagang di luar lokasi pasar. Dirinya tak bisa menegur lantaran bukan kewenanganya.
Baca Juga: Bidik Level 2, Pemkot Surabaya Tiru Strategi PPKM Berlevel Tingkat Kelurahan, Begini Detailnya
Pedagang itu berdagang di sekitar Pasar Senggol yang berada di luar desa Bangoan, seperti Desa Ringinpitu dan Rejoagung.
“Pasar kami ini berbatasan dengan Desa Ringinpitu dan Rejoagung, mereka berjualanya di pinggir jalan masuk Ringinpitu, jadi kami biarkan saja,” terangnya.
Untuk memastikan pedagang tidak berjualan di dalam pasar, pihaknya mendata siapa saja pedagang yang ada. Jika ada yang melanggar maka akan ditegur sesuai kesepakatan bersama.
Pelarangan berdagang hanya berlaku di Minggu pagi, sedang untuk hari lainya diperbolehkan berjualan,asal diluar lokasi pasar dan dibatasi hingga pukul 8 malam.
“Kalau penolakan dan keluhan pasti, sedang Pasar Senggol itu tumpuan mereka (pedagang) saat di tempat-tempat lain ditutup,” ujar Eli.
Dari pedagang yang ditanya olehnya, rata-rata penghasilan mereka berjualan sekali di hari Minggu bisa untuk hidup selama 1 bulan.
Baca Juga: Berakhir Hari Ini, PPKM Diperpanjang atau Tidak? Begini Ringkasan Pertimbangan Pemerintah
Dirinya mencontohkan salah satu pedagang ayam bakar bisa meraup omzet 10 juta dalam sehari. Sedang untuk pedagang kecil sekitar 500 ribu perhari.
“Minimal omzetnya 300 ribu,” katanya.
Sedang perputaran uang di hari Minggu bisa mencapai 700 an juta rupiah.
Sementara itu salah satu pedagang bubur ayam di Pasar Senggol, Mujiati mengaku pasrah dengan penutupan sementara ini.
Meski demikian dirinya mendukung penutupan sementara pasar ini.
Menurutnya, langkah yang diambil oleh Bumdes untuk menutup sementara aktifitas di pasar Senggol merupakan langkah mendukung pemerintah dalam menekan penularan covid-19.
“Kita manut saja, kan juga demi kebaikan bersama,” tutur Mujiati (Noyo/JP).
Editor : Redaksi