BACASAJA.ID - Belakangan ini beredar secara viral video yang menampilkam Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas mengucapkan selamat hari raya Naw-Ruz 178 EB yang dianut oleh masyarakat Agama Baha'i. Padahal, video ini diunggah pada 26 Maret 2021 lalu.
Video itu sendiri diketahui diunggah oleh akun Youtube Baha'i Indonesia dengan judul 'Agama Baha'i Rayakan Naw-Ruz Bersama Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas'.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Menteri Agama Sampaikan Duka Cita: Jasa dan Persahabatan Beliau tak Bisa Dilu
Menteri Yaqut itu lantas menuai banyak protes dari berbagai kalangan karena mengucapkan hari raya kepada umat Baha'i. Soalnya, mereka mengira agama Baha'i adalah agama sempalan dari agama Islam. Terlebih ada yang menyebutnya aliran sesat.
BACA JUGA: DPRD Surabaya Gelar Istigasah Virtual dan Doa Lintas Agama untuk Keselamatan Umat
Untuk diketahui, sebelumnya pada tahun 2014, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin menegaskan eksistensi dari agama Baha’i di Indonesia. Dia menyebut, Baha’i merupakan agama yang berdiri sendiri dan bukan sempalan atau sekte dari Islam maupun aliran sesat.
“Berdasar UU 1/PNPS/1965 dinyatakan agama Baha'i merupakan agama di luar Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Khonghucu yg mendapat jaminan dari negara dan dibiarkan adanya sepanjang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Saya berpendapat umat Baha'i sebagai warga negara Indonesia berhak mendapat pelayanan kependudukan, hukum, dll dari Pemerintah,” tulis Lukman waktu itu.
Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas sendiri juga menggunakan UU PNPS No. 1 Tahun 1965 saat menjelaskan mengapa dirinya sebagai pejabat publik - menteri yang menaungi semua umat - mengucapkan selamat hari raya kepada agama Baha'i.
BACA JUGA: Ibadah Berjamaah Dilarang selama PPKM Darurat, Bupati Sidoarjo: Para Tokoh Agama tidak akan Setuju
Lalu, apa itu agama Baha'i?
Dikutip dari bahai.id, Bahá’u’lláh mengajarkan berbagai prinsip dan konsepsi rohani yang diperlukan umat manusia agar perdamaian dunia yang diidamkan dapat tercapai.
Dia meletakkan tiga pilar utama kesatuan yakni, keesaan Tuhan, kesatuan sumber surgawi dari semua agama, dan kesatuan umat manusia. Sebuah konsepsi “kesatuan dalam keanekaragaman”.
1. Ke-Esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Utusan Tuhan untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.
“Utusan-utusan Ilahi telah diturunkan, dan Kitab-kitab mereka diwahyukan, dengan maksud untuk meningkatkan pengetahuan tentang Tuhan, serta menegakkan persatuan dan persahabatan di antara manusia.” — Bahá’u’lláh.
BACA JUGA: Panglima TNI dan Kapolri Rayu Tokoh Agama Bangkalan demi Tekan Covid
2. Kesatuan Sumber Surgawi dari Semua Agama
Tuhan bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Hakikat Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa memahami realita Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Utusan Tuhan, diantaranya Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, Sang Báb dan Bahá’u’lláh. Para Utusan Tuhan yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan yang satu.
Baca Juga: RESMI, Hari Raya Idul Fitri 1446 H Ditetapkan Senin, 31 Maret 2025
“Asas-asas dan hukum-hukkum semua agama, sistem-sistem-Nya yang teguh dan agung, berasal dari satu sumber dan merupakan sinar-sinar dari satu cahaya”— Bahá’u’lláh
3. Kesatuan Umat Manusia
Bahá’u’lláh menyatakan bahwa semua manusia adalah satu dan setara dihadapan Tuhan dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia yang tunggal, yang justru diperkaya karena kebhinekaannya.
BACA JUGA: Toleransi saat Ramadan, SMP Citra Berkat Gelar Ibadah Bersama 5 Agama
“Orang-orang yang dianugerahi dengan keikhlasan dan iman, seharusnya bergaul dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu memelihara ketenteraman di dunia serta memperbarui bangsa-bangsa.” — Bahá’u’lláh.
Bagaimana Agama Baha'i masuk Indonesia?
Dikutip dari laman bahai.id, agama ini mula-mula muncul dan berkembang di Iran pada tahun 1844. Agama ini berawal dari ajaran perdamaian Sayyid 'Ali Muhammad atau yang dianggap sang Bab.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, agama Bahai ini juga sempat dianggap sebagai sempalan Islam-Syiah. Sebelum revolusi Iran, agama ini sempat diakui kendati lantas tidak diakui.
Baca Juga: Menteri Agama Yaqut Bantah Mangkir dari Panggilan Pansus Haji DPR
Agama Baha'i lalu menyebar ke sejumlah negara tetangga seperti India lantas mencapi Singapura. Salah satu penyebarnya adalah Jamal Effendi.
BACA JUGA: Diburu Bareskrim, Yozeph Paul Zhang Malah Seret Agama Kapolri
Agama ini masuk ke Indonesia pada abad ke-18 ketika rombongan Jamal berkunjung ke Surabaya dan singgah ke Bali. Setelah itu, mereka singgah pula ke Makassar di Pulau Sulawesi.
Di pelabuhan Parepare, mereka disambut oleh Raja Fatta Arongmatua Aron Rafan dan anak perempuannya, Fatta Sima Tana. Fatta Sima Tana, belakangan, menyiapkan surat-surat adopsi untuk dua orang anak asli Bugis, bernama Nair dan Bashir, untuk membantu dan mengabdi di rumah di Akka.
Sang raja juga sangat tertarik dengan agama baru ini. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke Sedendring, Padalia, dan Fammana.
BACA JUGA: Mahfud MD Sebut Setiap Agama Punya Terorisme, Bukan Hanya Islam
Menggunakan sampan, mereka melanjutkan perjalanan sepanjang sungai sampai mereka tiba dengan selamat di Bone. Di sini, Raja Bone, seorang lelaki muda dan terpelajar, meminta mereka menyiapkan suatu buku panduan untuk administrasi kerajaan dan Sayyid Mustafa Rumi melaporkan bahwa mereka telah menulisnya sejalan dengan ajaran-ajaran Baha'i.
Sejak itu, agama Baha'i ini pun terus mendapatkan pengikutnya di Indonesia.
(berbagai sumber/rg4)
Editor : Redaksi