Varian Baru Virus Corona jadi "Teror" Baru di Akhir Tahun

author bacasaja.id

- Pewarta

Jumat, 25 Des 2020 14:29 WIB

Varian Baru Virus Corona jadi "Teror" Baru di Akhir Tahun

i

Ilustrasi

BACASAJA.ID - Inggris mengidentifikasi varian baru virus corona SARS-CoV-2, yakni VUI 202012/01. Jenis ini disebut-sebut menyebar dengan lebih cepat. Penemuan ini sekaligus menjadi "teror" baru di saat banyak orang merayakan Natal dan tahun baru.

Ilmuwan dan ahli penyakit menular masih melakukan investigasi. Namun sudah lebih dari 40 negara melakukan upaya pencegahan dengan memblokir akses masuk dari Inggris.

Baca Juga: Cegah Masuknya Covid-19 Varian Omicron, Pemerintah Perketat Pintu Masuk ke Wilayah NKRI

Pemerintah Indonesia pun berupaya mencegah masuknya varian baru Virus Sars-Cov2 yang terdeteksi di Wales Selatan, Inggris Raya. Karena, penyebaran virus baru yang bermutasi tersebut bisa menambah beban penanganan Covid-19 di Indonesia.

Karena itu, Pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 memperketat pemeriksaan orang yang datang ke Indonesia dari luar negeri, khususnya dari Inggris, Eropa dan Australia.

Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah melakukan adendum Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Orang Selama Libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru dalam Masa Pandemi Covid-19.

Surat edaran itu mengatur beberapa tahapan warga negara asing (WNA) mau pun Warga Negara Indonesia (WNI) dari negara asing, yang akan masuk ke Tanah Air.

Khusus WNA dari Inggris, baik yang langsung atau transit di negara asing, untuk sementara waktu tidak boleh memasuki wilayah Indonesia.

“Khususnya memperketat kedatangan pelaku perjalanan dari Inggris, Eropa dan Australia. Karena ditemukannya varian baru, maka berpotensi terdistribusi ke negara lain,” ujarnya di Gedung BNPB, Jakarta, dikutip Jumat (25/12/2020).

Untuk WNI dan WNA dari wilayah Eropa dan Australia, baik secara langsung atau transit, harus menunjukkan hasil tes negatif PCR yang dikeluarkan fasilitas kesehatan negara asal, dan berlaku maksimal 2×24 jam sebelum tanggal dan jam keberangkatan.

Selanjutnya, WNA atau WNI yang lolos pemeriksaan awal, harus melakukan tes ulang PCR pertama. Kalau hasilnya positif, orang itu harus menjalani perawatan lanjutan.

Baca Juga: Bersiap Hadapi Varian Corona AY.4.2 dari Inggris, Menkes: Tahun Depan banyak Agenda Penting

“Kalau hasilnya negatif, pendatang dari luar negeri harus melakukan isolasi selama lima hari terhitung mulai tanggal kedatangan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, WNA atau WNI yang negatif Covid-19 dan sudah menjalani isolasi selama lima hari, harus melakukan tes ulang PCR tahap dua.

Kata Dokter Wiku, tes ulang itu dilakukan dengan pertimbangan median waktu inkubasi Virus Covid-19 selama lima hari.

“Kalau hasil tes kedua pendatang tersebut negatif, pelaku perjalanan boleh memasuki wilayah Indonesia. Tapi, kalau hasil tes kedua positif Covid-19, maka pendatang itu harus melakukan perawatan lanjutan,” tegasnya.

Terkait biaya perawatan, Wiku menyebut untuk WNI ditanggung Pemerintah Indonesia. Sedangkan WNA harus bayar sendiri. Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, peraturan itu dibentuk untuk membatasi mobilitas orang, sekaligus respon cepat atas fenomena mutasi virus di beberapa negara.

Baca Juga: Tetap Waspada, Begini Jurus Jawa Timur Cegah Gelombang Ketiga Covid-19

Pemerintah Indonesia, sambung Wiku, berkomitmen melakukan surveilans perubahan genetika varian baru virus Sars-Cov2 serta sebarannya secara nasional dan global.

Sementara itu, pemerintah Inggris mengatakan varian baru Corona bisa sampai 70% lebih mudah ditularkan daripada jenis virus sebelumnya. Kepala unit penyakit dan zoonosis yang di WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa pejabat Inggris memperkirakan mutasi tersebut telah menyebabkan kenaikan tingkat reproduksi virus dari 1,1 menjadi 1,5.

Itu berarti setiap orang yang terinfeksi varian tersebut diperkirakan dapat menginfeksi 1,5 orang lainnya. Namun Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr. Mike Ryan mengatakan belum jelas apakah peningkatan penyebaran di Inggris disebabkan oleh mutasi atau perilaku manusia.

"Kami telah melihat perkiraan peningkatan kecil dalam jumlah reproduksi oleh Inggris," katanya dikutip dar CNBC. "Yang berarti virus menyebar lebih cepat, yang berarti lebih mudah menular atau menyebar lebih mudah di bulan-bulan yang lebih dingin. Ini juga bisa berarti orang-orang menjadi lalai dalam mengikuti protokol kesehatan masyarakat," imbuhnya.

"Masih harus dilihat seberapa banyak hal itu disebabkan oleh perubahan genetik spesifik pada varian baru. Saya mencurigai beberapa," katanya. (net/jta)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU