BACASAJA.ID - Pasokan kain kafan di Tulungagung mulai tersendat. Hal itu terjadi sejak semakin melonjaknya kasus konfirmasi positif Covid-19 di Tulungagung pada awal Juli 2021 lalu.
Pedagang perlengkapan untuk orang meninggal, Nuning (53) menceritakan, meski tak langka, namun pasokan semakin sedikit. Kalaupun ada, harga belanja kain kafan alami kenaikan.
Baca juga: Hati-hati, Belum Divaksin Lebih Beresiko Terpapar Covid-19
“Kalau awalnya Rp470 ribu, sekarang menjadi Rp640 ribu,” jelas Nuning, Rabu (04/8/2021).
Kain kafan yang dibelinya sepanjang 33 meter, lalu dipotong menjadi 3 bagian sepanjang masing-masing 11 meter.
Selain kain kafan, tikar dari daun pandan untuk menutup saat penguburan juga mulai tersendat. Tikar ini dibuat secara manual dengan tangan, sehingga sulit untuk meningkatkan produksi.
Saat ditanyakan peningkatan penjualan perlengkapan ini, Nuning tak menampiknya. Sejak awal Juli lalu penjualan perlengkapan orang mati alami kenaikan hingga 400 persen.
Jika di hari biasa sekitar 3-5 saja perhari, sejak awal Juli lalu bisa mencapai 20 orang membeli perlengkapan untuk orang mati.
“Bisa 10, 15 bahkan sampai 20 per hari,” terangnya.
BACA JUGA: Tulungagung Masuk PPKM Level 4, Bupati Maryoto: Semua Izin Keramaian Tidak Boleh, Hajatan Dilarang
Lapak Nuning berada di Jalan Hasanudin, Desa/kecamatan Kedungwaru. Di lapak berukuran 3 kali 3 meter ini sudah berjualan perlengkapan orang mati sejak puluhan tahun lalu.
Baca juga: Banyak Kasus Covid-19 Di Sekolah, Dinkes Lakukan Tes Usap Masal
Nuning merupakan generasi ke 3 berjualan perlengkapan orang mati. Awalnya neneknya, lalu diteruskan oleh ibunya dan sekarang oleh Nuning sendiri.
Perlengkapan orang mati yang dijual meliputi bunga, kain kafan, baru nisan, tikar, merang, kemenyan, kapur Barus, bubuk cendana, kendi serta perlengkapan mandikan orang mati. Meski harga kulakan naik, Nuning tak menaikan harga penjualan. Dirinya tetap mematok di harga normal.
“Satu set harganya 550 ribu,” ujar Nuning.
BACA JUGA: Pemkab Tulungagung Pesimis Target 70 Persen Vaksinasi Tercapai saat 17 Agustus
Senada dengan Nuning, penjual lainya, Mamik (53) yang berjualan disamping lapak Nuning juga katakan hal serupa.
Baca juga: 3 Pegawai Positif Covid-19, Lapas Tulungagung Lockdown
Mamik sendiri masih merupakan sepupu Nuning. Mamik menuturkan akhir-akhir ini jualannya meningkat seiring lonjakan kasus Covid-19.
“Ada peningkatan mas,” terangnya.
Untuk orang mati, bunga yang dijual adalah dan mawar. Pasokan bunga kenanga diperoleh dari Kecamatan Pagerwojo, sedang bunga mawar dari wilayah Blitar.
Sebelumnya juga diberitakan pembuat peti mati juga alami peningkatan permintaan. Bahkan pembuat peti mati asal Desa/Kecamatan Kedungwaru, Supono menolak pesanan peti mati dari RSUD dr. Iskak.
Pihak RSUD dr. Iskak meminta 40 peti mati, namun pihaknya hanya mampu membuat 5 peti mati tiap hari. (t.ag/JP/rg4)
Editor : Redaksi