Harga Kedelai Tinggi, Disperindag Tulungagung Angkat Tangan

author bacasaja.id

- Pewarta

Rabu, 23 Feb 2022 19:00 WIB

Harga Kedelai Tinggi, Disperindag Tulungagung Angkat Tangan

i

Karyawan pabrik kecap kuda saat menaikan botol kecap ke atas mobil terbuka

BACASAJA.ID - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Tulungagung (Disperindag dan Pasar) angkat tangan tanggapi kenaikan harga kedelai.

Disperindag dan Pasar berdalih kenaikan kedelai ini terjadi secara global. Di sisi lain pengusaha makanan yang menggunakan kedelai harus berdarah-darah. Mereka harus mengakali usahanya agar tak gulung tikar.

Baca Juga: Pemkab Tulungagung Tandatangani NPHD Untuk KPU dan Bawaslu

Kabid Perdagangan Disperindag dan Pasar Kabupaten Tulungagung, Nur Laili katakan pihaknya tak bisa ikut campur dalam mengandalikan harga kedelai.

“Harga (kedelai) tidak bisa kita intervensi karena sifatnya internasional,” kata Nur laili.

Meski demikian pihaknya berharap agar pengusaha tahu, tempe dan kecap tetap produksi meski harus menaikan hara atau mengurangi ukuran.

“Untuk masyarakat tetaplah mengkonsumsi tahu tempe, enggak usah mencari sumber protein lain,” harap Nur laili.

Menurut datanya, di Tulungagung ada sekitar 250 pengusaha tahu dan tempe. 90 persen kedelai yang digunakan berasal dari impor.

Sementara itu pengusaha kecap merk Kuda Han Kioe, Hendra (41) harus mengurangi produksinya hingga 50 persen agar bisa bertahan.

Meski demikian Hendra enggan menaikan harga jual kecap yang sudah menjadi trade mark Tulungagung tersebut.

Dari yang biasanya sekitar 1000 botol perhari, kini produksinya diturunkan menjadi separuhnya.

“ini produksi saya turunkan separuhnya,” jelasnya.

Setiap minggu dirinya menggunakan hampir 3 kwintal kedelai untuk produksi kecap. Kedelai digunakan unutk bumbu pembuatan kecap.

Baca Juga: Lelang Perdana Kendaraan Pemkab Tulungagung, Ambulans Sepi Peminat RX King Paling Diminati

Kedelai merupakan satu dari 2 bahan pembuatan kecap selain gula kelapa.

Dirinya mencoba meredam kenaikan harga jual kecap, meski diakui sesekali harus merugi.

“kami akan produksi terus, karena tidak sepenuhnya profit eriented,” jelas pria ramah tersebut.

Serupa, pengusaha tahu asal desa Bendo Kecamatan Gondang, Miyanto juga keluhkan kenaikan harga kedelai.

Kenaikan harga kedelai di pasaran sudah terjadi sejak November 2021 lalu. Saat itu harga kedelai masih di harga Rp 9.800.

Namun saat ini, harga kedelai justru melambung diangka Rp 11.500 per kilogram. Mengakali kenaikan ini, Miyanto memilih mengurangi ukuran tahu produksinya.

Baca Juga: Pemkab Tulungagung Mulai Lelang Kendaraan Bermotornya

“Produksi otomatis menurun, untuk ukuran saya kurangi 2cm,” kata Miyanto, Rabu (23/2).

Meski sudah mengurangi ukuran, Miyanto mengaku tak sesuai dengan ongkos produksi akibat kenaikan harga kedelai.

Bak jatuh tertimpa tangga, kondisi ini diperparah dengan kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng. Kebanyakan pelangganya adalah pengusaha gorengan.

Akibatnya pemilik usaha gorengan mengurangi pembelian tahu dan tempe.

“Jadi sama kayak efek domino, harga minyak goreng mahal dan stok langka, pembelian tahu menurun, ditambah harga kedelai yang mahal,” jelasnya. (JP/t.ag/RG4)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU